Apakah konsep kepemimpinan perlu direvisi? Apakah kita tetap harus waspada dengan pemimpin atau percaya begitu saja pada mereka?
Judul tulisanku memiliki makna beragam. Dalam situasi seperti ini maknanya makin beragam. Makin luas spektrum informasi seseorang makin beragam persepsinya terkait judul tulisanku. Bahkan aku sendiri memiliki beberapa sudut pandang dan persepsi yang beragam mengenai judul itu.
Apabila aku ditanya hari ini jawabannya bisa berbeda dengan apabila aku ditanya besok..atau bulan depan atau tahun depan. Itupun tergantung siapa yang bertanya.
Aaah.. mungkin semua opini seperti itu kecuali matematika. 2+2 pasti 4. Kecuali di manipulasi. Lah! berarti matematikapun sama saja. Semuanya serba relatif.
Kali ini aku bermaksud mengatakan bahwa kadang pemenang belum tentu lebih baik dari yang kalah. Semisal dalam berbagai jenis pertandingan olahraga ada kalanya atlit yang lebih kompeten, sportif dan jujur mengalami kekalahan.
Dalam beberapa film cukup banyak pertarungan dimenangkan oeh bad guy walaupun akhirnya the real hero akan tampil juga sebagai pemenang.
Dalam konteks politik kita sering melihat figur yang menang dan berkuasa ternyata tidak sesuai harapan. Dan memang dalam politik kita sering membeli kucing dalam karung. Di awal harapan begitu melambung dalam perjalanannya harapan mulai gembos.
Di banyak perusahaan juga seperti itu banyak C-level yang diangkat dan kemudian dilengserkan. Yang aman pada posisinya sering berada ditengah atau dibawah kecuali yang "lihai" bermain dalam dinamika perubahan.
Pernyataan terakhir dan juga pertanyaan sekaligus: apakah konsep kepemimpinan perlu direvisi? Apakah kita tetap harus waspada dengan pemimpin atau percaya begitu saja pada mereka?
Serpong, 23/4/2020
Dana Persada
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews