pandangan seperti si ustadz itu bukan sikap majoritas umat Islam di Indonesia. Terlalu menganggapnya serius, makin memberikan panggung untuk kelompok aneh yang baperan itu.
Tentu saja, maksud MUI (Majelis Ulama Indonesia) baik adanya, dengan mengundang Abdul Somad Batubara untuk memberikan klarifikasi soal yang lagi dihebohkan.
Tadi sore (21/8/2019), mungkin setelah pertemuan tertutup, diadakan konperensi pers. Wartawan diberi kesempatan bertanya langsung pada Abdul Somad. Dan Abdul Somad menjawabnya langsung. Secara terbuka, dan bahkan Kompas TV secara live melakukan penayangan.
Seperti saya duga, Abdul Somad tetap dalam pendapatnya, dengan dalil-dalilnya. Yang sama sekali tidak memiliki sensitivitas sosial bahwa pernyataannya langsung tak langsung bersinggungan dengan keyakinan penganut agama lain. Dan ketika ditanya apakah Abdul Somad akan meminta maaf? Dengan sombong dikatakannya tidak merasa bersalah, dan karena itu apa perlunya minta maaf?
Bagi saya, yang dalam KTP beragama Islam, menyayangkan cara MUI yang justeru mengadakan konperensi pers itu. Saya kira, MUI tempat orang yang bijak. Ternyata saya salah mengira. Jadi antara MUI dan Abdul Somad juga sama-sama tidak bijak, meski konon pertemuan itu untuk meredam situasi agar tidak memanas.
Karena justeru yang muncul adalah show of force. Meski sama-sama nyebelin, Zakir Naik minta maaf pada umat Hindu dan Tionghoa di Malaysia, atas ceramahnya, karena katanya ajaran Islam tidak ingin membuat siapapun sakit hati.
Mestinya, MUI cukup memberi resumenya ke pers, agar kalimat-kalimatnya lebih tersaring dan bijak. Tapi dengan memfasilitasi orang yang menyebut dirinya utadz itu, sama sekali tak ada gambaran keustadzannya.
MUI jadinya kayak pahlawan kesiangan, untuk pahlawan yang kepagian. Nggak penting banget lembaga ini. Juga dengan rencana mengundang berbagai tokoh agama (untuk kasus ini), makin tidak relevan.
Dalam pada itu, sikap masyarakat umumnya, yang menjadikan hal itu (sikap si ustadz) sebagai bahan lelucon, menunjukkan mereka lebih dewasa.
Setidaknya, jika menganggap hal itu penting hanya makin memperburuk situasi. Toh pandangan seperti si ustadz itu bukan sikap majoritas umat Islam di Indonesia. Terlalu menganggapnya serius, makin memberikan panggung untuk kelompok aneh yang baperan itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews