Mobil adalah barang mahal. Mobil bekas itu paling murah ya 70-an juta. Mobil baru, yang jelas paling tidak 100-an juta. Itu tergantung dia city car, MPV, atau tipe lainnya. Membeli mobil baik cash atau kredit adalah sebuah pengeluaran besar.
Itu baru beli mobil. Mobil butuh bensin. Bensin sekarang yang paling murah dan mudah didapat adalah Pertalite, harganya Rp7.650,00 per liter. Premium, kalau dari pandangan saya, makin sulit ditemui, dan tidak begitu bagus untuk mesin mobil zaman now.
Kebanyakan mobil sekarang mesinnya bekerja paling optimal kalau pakai Pertamax yang harganya Rp10.200,00 per liter. Tergantung konsumsi bahan bakar mobil, dan penggunaan, bervariasi kebutuhan bensinnya. Saya yang pakai Avanza tipe G tahun 2010 untuk pulang pergi Ungaran-Tembalang, ngisi Pertalite per minggu habis sekitar Rp150.000,00.
Mobil juga perlu servis rutin. Servis rutin mungkin ada garansi untuk sekian kilometer atau sekian tahun. Namun, setelah itu tentu bayar sendiri dan itu tidak murah. Belum juga untuk perawatan visual mobil. Cuci mobil, kalau tidak mau mengeluarkan tenaga lebih, ya harus bayar paling tidak Rp40.000,00 sekali cuci.
Apalagi kalau saya pas apes, antara saya yang kurang hati-hati atau memang pas ketemu beruk-beruk mengemudi. Body repair tentu tidak murah, pasti lebih dari sejuta. Belum kalau kerusakannya sampai merusak lampu, ban, atau semacamnya yang penting.
Juga tidak semua yang bawa mobil itu benar-benar orang makmur, dalan artian dia benar-benar berlebih. Saya kelihatannya setiap hari bawa mobil ke kampus, tetapi itu karena dihukum nggak boleh motoran sama Pepo saya (kejam sekali yang ini!) dan harus ngantar dua gundul manusia ke sekolahnya.
Padahal, selain jadi mahasiswa yang mengandalkan uang bulanan ortu, kerjaan saya adalah ngajar ekskul di SD dengan gaji tak seberapa. Saya ada beban untuk sebisa mungkin tidak merusak mobil dan berhemat-hemat dengan mobil itu.
Oh iya, menyetir mobil itu bukan pekerjaan mudah. Kelihatannya enak, cuma duduk, main pedal di kaki, mutar setir. Namun, menyetir sesungguhnya adalah pekerjaan melelahkan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Apalagi kalau menyetir di Indonesia yang lalu lintasnya masih penuh beruk-beruk.
Nah, paham kan bahwa orang punya mobil itu sebenarnya 'susah'?
Makanya ketika nebeng teman, atau membutuhkan bantuan teman yang punya mobil, ada adab-adab yang harus diperhatikan. Bukan berarti yang punya mobil itu tidak murah hati, tidak setia kawan, sombong, sok kaya, namun karena berbagai hal yang tadi disebutkan, sudah sepantasnya kita menghargai mereka, apalagi ketika posisinya kita membutuhkan bantuan mereka.
Apa saja?
1. Teman yang punya mobil bukanlah sopir pribadimu!
Kedengarannya ini sepele, namun sulit dilakukan. Seringkali kita seakan menjadikan teman yang punya mobil sebagai supir pribadi. Sedikit-sedikit kita minta tolong diantarkan. Kita minta tolong yang memberatkan kondisi teman kita. Meminta tolong pada mereka dengan cara yang tidak sopan, semisal mendadak minta tolong dijemput untuk bersama-sama pergi ke suatu acara, tanpa kata 'tolong' dan dengan nada memaksa.
Ingat, kondisinya adalah kita yang butuh bantuan mereka. Jadi bersikaplah yang baik. Ingat selalu tiga kata ajaib: tolong, maaf, terima kasih. Perhatikan kondisi mereka ketika mau minta tolong, jangan mendadak atau kondisi lain yang memberatkan mereka. Jangan pula memaksa mereka.
2. Jaga etika di dalam mobil
Berhubungan dengan yang pertama, karena temanmu bukan sopirmu, kamu juga harus tahu diri di mobil mereka. Bersikaplah menghargai. Ingat, ketika kita berada di mobil teman kita, kita ibarat tamu mereka.
Jangan pernah nebeng dan mengosongkan kursi depan, itu SANGAT TIDAK SOPAN. Itu seakan-akan kamu mengambil derajat lebih tinggi dari temanmu yang menyetir. Yang duduk di kursi depan, jadilah teman yang baik untuk pengemudi, mengajak ngobrol supaya tidak ngantuk, membantu mengambilkan minum atau makanan ringan, juga mengatur radio, AC, lampu interior, dan semacamnya.
Jangan pernah mengotori mobil. Jangan meninggalkan barang di mobil. Kalau memang ada yang ketinggalan, kecuali pemilik mobil memang mau mengantar sendiri, AMBIL SENDIRI di rumah yang punya mobil atau janjian ketemu. Jangan memaksa dia untuk mengantarkan segera, sekalipun itu barang penting. Kalaupun barang itu memang penting, komunikasikan baik-baik, supaya bisa dimengerti juga.
Kalau perjalanan jauh, jangan tangan kosong. Bawakan temanmu itu camilan atau minuman. Bisa buat rame-rame juga, kan?
3. Pahami besarnya pengeluaran finansial mobil
Sudah baca uraian di atas tadi tentang pengeluaran mobil? Kita paham bahwa pemilik mobil itu pengeluarannya besar. Jadi, pay some respect!
Bisa dengan ketika perjalanan agak jauh, beri pemilik mobil uang bensin. Kalau parkir perlu bayar, misal ada uang kecil, bayarkanlah. Bukan berarti kita menggaji teman untuk jadi supir kita, namun kita menghargai kebaikan hati mereka. Sudah ditolongi, lho.
Pengalaman saya, saya merasa sangat dihargai ketika tiba-tiba teman saya memberikan uang di tengah perjalanan. "Buat bensin," ucapnya singkat. Sebenarnya tidak cukup meng-cover pengeluaran bensin saat itu, namun bagi saya itu menunjukkan bahwa teman saya ini menghargai saya, dan dia tidak bermental kere.
4. Pahami bahwa menyetir itu melelahkan
Menyetir itu pekerjaan melelahkan yang butuh konsentrasi tinggi. Kasihan apabila dia kelelahan. Nanti kalau dia kelelahan, itu juga membahayakan kita semua, kan?
Ketika kita bisa nyetir juga, coba tawarkan pada teman kita untuk gantian menyetir. Ini terutama kalau perjalanan jauh.
Menyetir itu pekerjaan melelahkan yang butuh konsentrasi tinggi. Kasihan apabila dia kelelahan. Nanti kalau dia kelelahan, itu juga membahayakan kita semua, kan?Kalaupun tidak bisa nyetir, jadilah codriver dan penumpang yang baik. Ajak ngobrol, suplai dengan camilan dan minuman, agar dia tidak ngantuk Biarkan juga teman kita ini beristirahat di tengah perjalanan jika dia perlu.
Pada intinya, jangan bermental kere! Pahami kondisi teman kita, dan berlaku baiklah. Kalau kondisinya sama-sama enak, kita semua sama-sama senang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews