Masyarakat diimbau untuk selalu taat Prokes dan mengikuti vaksinasi Covid-19. Selain untuk melindungi diri dari ancaman penularan virus Corona, kedua hal tersebut mampu mempercepat transisi pandemi ke endemi.
Pandemi membuat semua keadaan berubah dan kita jadi lebih aware terhadap kesehatan. Dalam dua tahun ini, semua orang jadi rajin berolahraga dan makan yang bergizi, serta minum jus serta rebusan herbal.
Tujuannya agar imunitasnya meningkat dan tidak mudah kena Corona. Selain itu, kebersihan lingkungan juga lebih diperhatikan agar steril dari virus Covid-19.
Jika ingin terhindar dari Corona, selain menjaga kesehatan dan kebersihan, maka juga wajib vaksinasi dan menaati protokol kesehatan (Prokes). Vaksinasi bisa memperkuat ketahanan tubuh dan jika disiplin Prokes akan terhindar dari virus Covid-19.
Kita ingin agar pandemi berakhir dan statusnya berubah jadi endemi, ketika penyakit ini hanya ada di wilayah tertentu dan terbatas.
Dokter Daeng Fiqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menyatakan, “Untuk mengatasi pandemi sehingga bisa transisi ke endemi maka ada beberapa strategi khusus. Pertama adalah percepatan vaksinasi hingga mencapai 70%. Vaksinasi harus digencarkan lagi terutama bagi lansia.”
Dalam artian, angka itu sangat penting karena jika minimal 70% WNI yang sudah divaksin maka akan terbentuk kekebalan kelompok sehingga lebih aman dari Corona. Saat ini cakupan vaksinasi baru sekitar 50% sehingga harus digencarkan lagi.
Selain untuk mempercepat terbentuknya kekebalan kelompok maka sekaligus memenuhi target dari pemerintah, yakni maksimal 18 bulan dari awal program vaksinasi harus selesai.
Untuk mempercepat vaksinasi maka digencarkan lagi vaksinasi massal, tentu dengan mematuhi protokol kesehatan.
Bahkan ada penyelenggara yang memberikan dengan hadiah berupa sembako sehingga masyarakat makin antusias untuk mendapatkan suntikan vaksin. Vaksinasi door to door yang awalnya diinisiasi oleh BIN juga dilakukan oleh instansi lain sehingga makin banyak masyarakat yang diinjeksi lalu status bisa ganti jadi endemi.
Selain vaksinasi, maka semua orang harus taat protokol kesehatan, terutama memakai masker. Sayang sekali setelah dua tahun pandemi mulai banyak yang malas pakai masker, kalau ada yang mengenakannya malah melorot dan ia tidak bisa melindungi diri dari droplet. Fenomena ini tentu mengesalkan karena efektivitas masker baru bisa efektif jika ada 75% orang yang mengenakannya di satu ruangan.
Padahal Omicron sudah menyebar dan ia lebih ganas daripada delta karena menyebar 70 kali lebih cepat. Sehingga memakai masker adalah hal yang wajib. Selain itu patuhi juga poin lain dalam protokol kesehatan sehingga tidak kena Omicron atau varian Corona lainnya. Penyebabnya karena jika banyak yang kena Corona maka pandemi akan lebih lama durasinya sehingga entah kapan berganti status jadi endemi.
Salah satu protokol kesehatan yang masih sering dilanggar adalah menghindari keramaian. Sayang sekali malah banyak yang menyelenggarakan pesta besar-besaran dan mengundang ratusan orang, alasannya karena mumpung belum bulan puasa. Padahal di masa pandemi seharusnya sebuah acara pernikahan yang diadakan di gedung, maksimal tamunya adalah 50% dari kapasitasnya. Untuk makanan juga dibawa pulang dalam boks.
Kita sedang masa transisi dari status pandemi menuju endemi tetapi jangan gegabah, walau jumlah pasien Corona per harinya terus menurun. Segeralah vaksinasi dan cari boster jika sudah disuntik dua kali. Selain itu, taati protokol kesehatan agar selamat dari Omicron atau Corona varian apa saja.
***
Aulia Hawa, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews