Belajar dari Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi

Indonesia harus kembali menguatkan adat, budaya, seni, tradisi, seperti Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, untuk membendung gerakan khilafah. Indonesia harus bergerak seperti Muhammad bin Salman menghancurkan Wahabi, HTI, dan IM.

Kamis, 29 Juli 2021 | 08:34 WIB
0
202
Belajar dari Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi
Kasepuhan Ciptagelar (Foto: sukabumiupdate.com)

Gerakan khilafah adalah gerakan manusia "sengkleh" otak. Sesat. Sesat pikir dan sesat jalan. Khilafah bukan ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tidak ada perintah mengikuti Abu Bakar Ba’asyir ISIS. Tak ada ajaran seperti yang digemborkan Felix Siauw, atau Ismail HTI. Tidak juga ajaran yang diwartakan Ikhwanul Muslimin (IM) atau pun Wahabi. Juga kesesatan teroris FPI.

Gerakan IM dan pengasong khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebagai gerakan trans-nasional berpusat di London. Wahabi berpusat di Arab Saudi sekarang sedang dihajar habis oleh Muhammad bin Salman (MBS). MBS mencairkan tubuh agen AS Jamal Khashoggi hingga tak bersisa. Operasi intelijen paling sembrono, nekat, yang hasilnya top-marketop.

Top. MBS mengembalikan budaya asli Arab. Bukan budaya Wahabi yang pernah jadi kaki tangan alat kekuasaan Kerajaan Saudi. Ulama Wahabi dieksekusi mati. Karena ajaran sudah tidak berguna bagi MBS dan dunia normal, dunia waras yang bebas dari doktrin Wahabi yang keluar dari kemanusiaan.

Nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan memusuhi non-muslim. Ingat. Madinah adalah contoh yang diberikan dalam kaitan kehidupan kenegeraaan.

Nah, Indonesia tengah dibawa oleh kaum "sengkleh" otak, keblinger bau kearaban yang bukan Arab. HTI merajalela. SDIT banyak digerakkan oleh kaum Wahabi dan IM di Indonesia. Mereka meracuni generasi muda, anak-anak Indonesia untuk meninggalkan identitas keindonesiaan.

Lambang negara Indonesia dibenci. Bendera Merah Putih dihina. Bendera Palestina dijunjung tinggi. Bahkan Khilafah dan HTI memalsukan dan membuat bendera Tauhid. Kegilaan kreatif. Tak ada bendera tauhid. Bendera ISIS teroris dijadikan sesembahan. Lagu Indonesia Raya dilarang dinyanyikan.

Polisi dan Tentara disebut thoghut. Boleh diperangi. Maka kasus Mako Brimob ketika aparat digorok teroris menyisakan kegilaan. Menggorok orang seperti menyembelih sapi. Karena terjebak indoktrinasi, cuci otak kepercayaan sesat: takfiri, thoghut.

Bahkan korupsi dalam negara dianggap thoghut boleh, dalam kondisi darurat untuk perjuangan: contohnya Luthfi Hasan Ishaaq Presiden PKS korup untuk perjuangan. Edan. Memang. Mereka membangun slogan semuanya atas nama agama. Halal dan haram, surga dan neraka, untuk menakuti umat bahlul yang terjebak dalam keyakinan sempit. Taklid buta.

Ide mereka sebenarnya tidak jelas. Jika ingin membangun kesejahteraan lahir batin, Indonesia memiliki perangkat hukum. Undang-undang kearifan lokal/adat. Sementara Khilafah niatnya cuma mencari kerusuhan merusak negeri. Salah satu kearifan lokal yang bisa menjadi contoh kalau mau kesejahteraan ada di Kerajaan Yogyakarta. Negara dalam Negara. Aceh: negara dalam negara. UUD menjamin identitas.

Kalau yang tidak formal, asal bener; tidak "sengkleh" otak dan niat: Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi. Warga yang berjumlah kurang-lebih 29,000 orang hidup merdeka. Mereka memiliki stasiun TV lokal sendiri. Tenaga Surya mereka pakai untuk energi. Mereka menerapkan pertanian khusus dan swasembada padi (beras) organik untuk 3 tahun ke depan.

Mereka hidup sejahtera. Warga menikmati budaya, bahasa, agama, adat istiadat mereka junjung tinggi. Inilah wujud keberagamaan asli Indonesia – yang menyerap Hinduisme. Sebelum mereka memeluk Islam. Mereka tidak menghina Prabu Siliwangi yang Hindu. Mereka bangga sebagai keturunan Prabu Siliwangi.

Mereka menggunakan nama Kasepuhan sebagai identitas kolektif entitas keren Kesundaan Prabu Siliwangi yang berusia lebih dari 640 tahun. Mereka sezaman dengan bangsa Badui / Baduy di Ciboleger yang beberapa tahun lalu beberapa gelintir diislamkan oleh FPI dan HTI, dan mereka tercerabut akar budayanya.

Kasihan. Mereka mengislamkan warga Baduy untuk tujuan mengeruk sumbangan di Kota Jakarta. Perumahan warga yang diislamkan kini terbengkalai dan gagal menjadi tujuan wisata yang menggantikan Baduy Ciboleger.

Jadi, sejatinya gerakan Khilafah, IM, Wahabi adalah perusak negeri. Penghancur NKRI. Indonesia harus tegas memberangus gerakan HTI. Kampanye terselubung lewat animasi film karya sisipan HTI seperti Nussa dan Rarra adalah simbol gerakan terselubung HTI.

Selain itu, Indonesia harus kembali menguatkan adat, budaya, seni, tradisi, seperti Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, untuk membendung gerakan khilafah. Indonesia harus bergerak seperti MBS Muhammad bin Salman menghancurkan Wahabi, HTI, dan IM.

Ninoy Karundeng.

***