Di negeri ini, tampaknya mendirikan kafe remang-remang lebih mudah di negara ini dibanding mendirikan gereja.
Dari mempersulit pembangunan rumah ibadah, hingga meributkan acara ibadah yang dilakukan di luar rumah ibadah. Kejadian itu tampaknya makin sering terjadi. Yang perlu Anda tahu, itu bukan ajaran Islam, bahkan melanggar ajarannya. Saya coba membahasnya berikut ini.
Pertama, perintah AlQur'an dan hadits agar umat Islam berbuat adil itu sangat jelas.
Lalu kenapa saat umat agama lain ibadah di mall, di ruko, di rumah, kok diributkan? Bangun rumah ibadah dipersulit?
Padahal umat Islam sendiri boleh beribadah dan bikin acara agama kapanpun dan di manapun tanpa ada yang melarang. Bangun musholla dan masjid di manapun bisa. Tahlilan, pengajian, hingga tabligh akbar, semua bisa dilakukan tanpa kesulitan.
Itu jelas tidak adil. Dan jelas melanggar ajaran agama Islam itu sendiri.
Kedua, ibadah apapun agamanya, bukanlah kejahatan namun justru merupakan kegiatan positif.
Menggelar acara ibadah di mall, di ruang serba guna, di ruko, di sekolah, di kampus, di pantai, di hutan, di rumah, memangnya ada masalahnya itu apa? Apa ada yang dirugikan?
Ibadah adalah kegiatan positif. Bukan kegiatan yang merugikan orang lain. Akan sangat aneh jika ada pihak yang memperlakukan ibadah agama lain seperti memperlakukan sabung ayam yang bisa dibubarkan begitu saja!
Tindakan pembubaran ibadah agama lain itu merupakan sebuah bentuk "kepongahan spiritual" dari oknum yang mengaku mayoritas.
Misalnya di kampung kita ada yang rayakan ulang tahun di rumahnya, ada yang rapat OSIS di rumahnya, ada yang arisan rekan kantor di rumahnya, ada yang demo Tupperware di rumahnya, apa mau kita bubarkan juga? Itu semua kegiatan positif. Tak ada hukum atau norma yang dilanggar.
Ketiga, malah bikin malu agama Islam. Berlaku tidak adil seperti itu hanya akan memperjelek citra agama Islam di depan orang-orang non-muslim. Itu fakta!
Lalu bagaimana kita mau berdakwah dan menunjukkan bahwa Islam ini adalah agama yang paling baik jika tindakannya sangat tidak simpati seperti itu. Apakah mungkin agama yang baik mengajarkan untuk memaksakan kehendak seperti itu?
Saya termasuk orang Islam yang sedih dan malu jika ada umat Islam yang mempersulit agama lain beribadah. Berdakwah itu bukan begitu caranya, wahai saudaraku...
Hati nurani saya tak bisa menerima perlakuan orang Islam yang meributkan ibadah agama lain seperti itu. Bagi saya tak ada satupun alasan yang masuk akal bagi kita untuk menghalangi orang lain melakukan kegiatan positif, terutama ibadah.
Keempat, rumah ibadah tak perlu ada minimum jumlah pemeluk. Ada teman yang bilang bahwa jika jumlah pemeluk agamanya sangat minim, maka tak boleh bangun rumah ibadah, karena itu hanya akan memprovokasi. Saya bingung kok bisa disebut provokasi. Apa ibadah itu ngajak perang?
Saya contohkan. Misal sebuah daerah ada 1.000 rumah, lalu 990 rumah di antaranya adalah warga muslim, sedangkan yang 10 (1%) rumah beragama Kristen. Apakah 10 keluarga itu tak boleh mendirikan gereja? Apakah dengan membangun gereja berarti melakukan provokasi ke 99% warga?
Melakukan ibadah bukan kejahatan. Bagaimana mungkin disebut provokasi. Bagi saya, meski hanya 2 rumah pun dari 1.000 rumah, mereka sudah berhak mendirikan rumah ibadah. Bukannya ibadah merupakan hak setiap manusia? Apa alasan kita melarangnya?
Kelima, tentang IMB. Ini hanya jadi alasan bagi orang yang ingin mempersulit pembangunan rumah ibadah. Belum tentu orang yang protes soal IMB gereja itu rumah pribadinya sudah dilengkapi IMB.
Maksudnya, kenapa tiba-tiba ada yang menjadi pejuang IMB padahal niatnya hanya mempersulit pembangunan rumah ibadah agama lain. Kalau kembali ke poin pertama di atas tentang keadilan, memangnya berapa persen masjid kita yang dilengkapi IMB?
Pembangunan rumah ibadah termasuk prioritas bagi pemeluknya. Harusnya bisa dibangun dulu dengan proses IMB yang disusulkan. Bukan hal yang seharusnya diributkan.
Jika ada gereja yang belum dilengkapi IMB, umat Islam di sekitarnya seharusnya membantu gereja itu mengurus IMB, bukan malah ingin menutup gerejanya. Itulah sikap baik yang seharusnya kita miliki sebagai umat muslim dan warga negara yang baik.
Penutup
Pembangunan rumah ibadah agama lain bagi saya sama sekali tidak buruk dibanding pembangunan usaha hiburan seperti diskotik, kafe remang-remang, rumah permainan judi, atau sejenisnya. Namun tampaknya mendirikan kafe remang-remang lebih mudah di negara ini dibanding mendirikan gereja.
Saya tak ingin saat agama saya mayoritas, memperlakukan agama lain tidak adil. Kenapa? Karena saya juga akan sedih jika saudara muslim yang hidup di tempat minoritas diperlakukan tidak adil. Celakanya, orang yang mempersulit ibadah agama lain itu tak paham logika sederhana ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews