Nadiem percaya pendidikan sebagai pintu gerbang kejayaan manusia. Peradaban. Eksistensi manusia. Yang merdeka. Saat ini, SDM Indonesia keteteran dalam persaingan internasional.
Tepat. Jokowi tunjuk Nadiem Makarim. Bagai mimpi. Ternyata dia nyata. Kalau Susi Pudjiastuti menguatkan kedaulatan di laut, di bidang pendidikan dan kebudayaan ada Nadiem. Dia memahami tujuan pendidikan.
Pendidikan bukan alat membuat anak-anak manusia menjadi mesin. Ketiga aspek pendidikan: psikomotorik, kognitif, dan afektif dipahami benar olehnya. Pendidikan juga bukan sarana bagi para guru untuk menjadi budak. Budak dari sistem yang membelenggu kreativitas guru (dan murid).
Nadiem membongkar. Awal yang harus dibongkar adalah Ujian Nasional (UN). Nadiem benar. UN cuma mengukur aspek kognitif doang. Karena mereka dipaksa hanya untuk menghapal.
Pelajaran padat hanya menciptakan aktivitas menghabiskan waktu, selama enam, dan tiga tahun dengan satu tujuan akhir: UN. Nadiem akan mengubah ujian menjadi sesuatu yang bisa mengukur kemampuan siswa secara lebih holistik. Jati diri siswa sebagai manusia.
Nadiem pun memberikan solusi pengganti UN: Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Dia menyebut asesmen ini meliputi kemampuan bernalar menggunakan bahasa atau literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter.
Bisnis Besar UN-Bimbel
Guru dan orang tua dibuat pusing tujuh keliling karena UN. Di balik UN ada bisnis besar yang disebut: Bimbingan Belajar. Bimbel ini yang bisa meloloskan pesertanya ke perguruan tinggi. Dengan lagi-lagi diberi ujian soal menghapal. Potensi dan calon manusia yang siap berkompetisi disingkirkan.
Habis UN dibongkar, langkah berikut Mendikbud untuk perguruan tinggi, yakni membongkar praktik UMPTN. Kita akan lihat gebrakan Nadiem terkait dengan ujian masuk ke perguruan tinggi.
Sebagai Mendikbud, Nadiem juga bertanggung jawab terhadap kebudayaan. Nah, dalam hal kebudayaan ini dia akan mendorong pendidikan karakter. Karakter anak-anak muda yang berbudaya Indonesia – dengan wujud nilai-nilai peradaban setiap bangsa di Indonesia.
Pendidikan yang Membebaskan Murid dan Guru
Jangan heran nanti ketika Nadiem menyederhanakan jumlah mata pelajaran di sekolah. Nadiem akan membuat gebrakan. Inti pendidikan yang membebaskan adalah kayakinan Nadiem. Yang selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan tentang birokrasi.
Anak-anak adalah angka. Siswa adalah bagian obyek statis yang hanya diukur dalam rutinitas. Bahkan siswa dan mahasiswa dipersiapkan sebagai bagian dari kapitalisme, hingga disebut sumber daya manusia. Alias buruh. Paralel dengan sumber daya alam. Komponen kalpitalisme yang telah menjadikan bangsa Barat saat ini sebagai budak kapitalisme global.
Guru hanya menjadi bagian dari sistem. Sistem pendidikan. Sistem abstrak yang menciptakan birokrasi dan rutinitas sebagai tujuan. Betapa guru mengejar sertifikasi. Agar penghasilan bertambah. Rutinitas birokrasi membunuh kreativitas guru.
Hal sama terjadi di sistem pendidikan di bawah Kemenag. Sama-sama menghasilkan robot dan manusia penghapal. Guru dan dosen sama saja menjadi sapi perah kapitalisme dan sistem pendidikan yang bobrok.
Di zaman 4.0, hapalan adalah hal paling menggelikan bagi Nadiem Makarim. Buat apa manusia menghapalkan sesuatu yang sejatinya bisa dilihat di hape? Google dan internet dalam akurasi tertentu menyediakan segalanya.
Yang belum ada di Google dan internet adalah kemampuan meramu, menganalisis, informasi dan data. Di situlah dibutuhkan kemampuan berbahasa – logika berpikir, numerasi, melihat rangkaian data dan fakta, fenomena dan kemungkinan. Inilah yag harus dikejar anak-anak dan mahasiswa Indonesia.
Nadiem percaya pendidikan sebagai pintu gerbang kejayaan manusia. Peradaban. Eksistensi manusia. Yang merdeka. Saat ini, SDM Indonesia keteteran dalam persaingan internasional. Mutu pendidikan tinggi sampai rendah di Indonesia sangat rendah. Meski secara individu tidak kalah dengan bangsa lain di Bumi. Salah satunya ya Nadiem sendiri.
Nadiem bukan professor dengan deretan gelar, namun dia bukan manusia ribet. Bukan Menteri yang prosedural. Birokratif. Kertas. Laporan. Hingga dia bisa melihat anak didik, murid, mahasiwa sebagai manusia. Dan, guru bukan buruh kapitalisme yang kaku.
Selamat datang Nadiem! Kau adalah Susi Pudjiastuti kedua, di bidang pendidikan dan kebudayaan!
Ninoy Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews