Di Balik Mahakarya Kain Tenun Simalungun Ibu Negara

Torang Sitorus merasa terdorongbanyak kalangan termasuk warga Batak yang telah menjadi tokoh di luar Sumatra untuk tetap melestarikan Kain tenun Tradisional Tanah Batak.

Senin, 26 Agustus 2019 | 06:11 WIB
0
601
Di Balik Mahakarya Kain Tenun Simalungun Ibu Negara
Ibu Iriana mengenakan tenun simalungun (Foto: Cover Magazine)

Selamat ya Ito.." begitu seru kawan melalui sambungan telepon Sabtu 17 Agutus 2019 lalu. Siang itu kami tengah menikmati perayaan kemerdekaan RI melalui  secangkir kopi. Sedari pagi- siang-sore hingga malam di hampir setiap sudut wilayah ramai dengan nuansa merah putih. 

Riuh redam suara speaker dan soundsistem yang menggemakan lagu kebangsaan diiringi pekik semangat perlombaan. Anak-anak, dewasa hingga mereka yang sudah berusia lanjut larut dalam perayaan Agustusan ala masing-masing.

Tersiar kabar upacara  bendera dan peringaatan detik-detik proklamasi dari istana negara hingga dari  berbagai pelosok Indonesia. Itu semua menjadi perlambang betapa bahagianya rakyat Indonesia atas anugerah kemerdekaan yang telah 74 tahun terjalani. Tahun ini, bukan saja para anggota paskibraka yang menjadi sorotan media massa, melainkan pula Sang Ibu negara.

Ibu Iriana Jokowi dalam balutan busana adat Sumatra Utara saat upacara peringan 74 tahun kemerdekaan RI tampil begitu memikat. "eye catching" dengan warna merah, sarung tapak Satur, aneka aksesoris lengkap berupa kalung, anting, hingga bulang (hiasan kepala)  namun tetap luwes, anggun dan menawan. Terbiasa tampil dengan sederhana, momentum 17 Agustus menjadikan Ibu Iriana tampil lengkap dalam balutan  kain tenun khas batak yang berasal dari Simalungun.

torang sitorus diantara dua ompung Boru (nenek) yang merupakan ahli tenun kain Tradisional Sumber : Ig Torang sitorus atas seizin yang bersangkutan.

Kain tenun Simalungun Untuk Ibu Negara, begitu tulis Torang Sitorus dalam unggahan instagramnya seminggu lalu. Dia pun menyebut awalnya telah disiapkan kain dari toba, namun dari istana minta disiapkan dari Simalungun. Waktunya penenun Hiou berbenah. Demikian ia menulis ringkas namun mengandung muatan pesan mendalam. 

Tidak hanya Torang Sitorus dan timnya yang berbahagia pada momentum dimana ibu negara mengenakan kain khas daerah mereka. Melainkan seluruh masyarakat Batak pada Umumnya dan Simalungun pada khususnya. Ulos yakni kain tenun yang merupakan bagian dari tradisi budaya masyarakat Batak seakan  menyatu sempurba  pada sosok Ibu negara, the first lady of Indonesia yang notabene berasal dari Jawa.

Apresisasi penuhi teruntuk tim busana Ibu Iriana yang telah memberikan tempat tersendiri bagi kain tradisional Simalungun yang bisa dibilang langka.

Alangkah Indahnya Indonesia dengan beragam tradisi budaya yang kaya dengan beragam jenis kain dan busana adat. Tak hanya Jawa dengan batiknya saja. Melainkan pula kain yang berasal dari Sumatra Utara yang kerap dikenal oleh awam dengan sebutan ulos. Layaknya batik di tanah jawa yang memiliki beragam nama dan varian, di tanah Batak sana ternyata kain tradisionalnya pun beragam jenis. Sebut saja, kain tenun Toba, mandailing hingga Simalungun.

Torang Sitorus, merupakan salah satu putera Batak  yang ingin menjadikan kain tradisional  ini menjadi lestari dan memiliki nilai tinggi tak hanya secara tradisi. Melalui sambungan telpon, lelaki yang telah mengoleksi lebih dari 300 kain ulos dari berbagai daerah di Tanah Batak ini mengungkapkan banyak kisah dibalik kain tenun Simalungun. 

Ia tak hanya mengoleksi , namun juga terjun langsung ketengah para penenun kain Tradisional di daerah-daerah Sumatra Utara. Kepedulian, kepiawaian dan optimisme yang dimiliki terus dia sematkan agar para penenun tidak patah arang. 

Saat ini para penenun kain Simalungun bisa dibilang hanya tinggal hitungan jari, yang tersisa jumlahnya hanya puluhan itu pun tak banyak. Disamping itu banyak generasi muda dari masyarakat daerah sendiri menganggap bahwa mengenakan kain tradisional itu kuno.  

Akhirnya kain tenun tradisional mulai ditinggalkan peminatnya. Para penenunnya pun harus cukup bersabar karena untuk menghasilkan selembar kain tenun tradisional butuh waktu minimal dua minggu dengan upah yang jauh dari standar. 

Bersyukur, Torang Sitorus merasa tersupport oleh banyak kalangan termasuk warga Batak yang telah menjadi tokoh di luar Sumatra untuk tetap melestarikan Kain tenun Tradisonal dari berbagai daerah di Tanah Batak. 

Puncaknya adalah ketika dia dihubungi oleh desiner Ibu negara , Irene Prinka yang memilih  kain Simalungun untuk busana Ibu negara saat Upacara 17 Agustus 2019. Ini bukan menyangkut ketenaran dan Popularitas semata, melainkan ini bukti kepedulian akan tradisi budaya yang mulai terkikis.

Ada catatan panjang dibalik kain tenun khas Batak yang mulai dikenalkan pada masyarakat diluar Batak itu sendiri. Kini dan nanti Torang Sitorus akan lebih giat lagi mengenalkan kain tradisional Batak  baik itu Simalungun, Toba, Mandailing ataupun yang lainnya.  

Hal itu semata-mata untuk melestarikan budaya bangsa dari tanah Batak. Sekaligus upayanya meningkatkan nilai ekonomi bagi para penenun. Setidaknya upah penenun kini sudah tidak ratusan ribu lagi, melainkan  diatas UMR, imbuh Ito Sitorus.

Menutup percakapan lewat telepon, dia mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak Istana dalam hal ini tim desainer  yang telah memilih kain Simalungun sebagai kain yang dikenakan oleh Ibu negara. 

Demikian pula dia  mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberinya support selama ini. Dengan rendah hati dia mengungkap semua itu demi budaya Masyarakat Batak, saya bersama tim hanyalah perantara atas kesempatan yang Tuhan Berikan.

Seperti yang tertulis dalam Tas yang dibawa Ibu Iriana : Horas Tondi Madingin, yang artinya Selamat Sejahtera Sentosa, bagi kita semua tentunya.

***