Apa pun bentuknya, itu sekadar keragaman penyangkalan belaka. Intinya adalah ratapan. Demi tetap tegaknya martabat dan harga diri yang telah koyak.
Banyak yang kini menghilang di linimasa, dari kolom-kolom komentar. Orang-orang yang dulu --tak ada angin tiada hujan-- kerap datang dan menyerang sungguh-sungguh atau sambil lalu: “Sudah angkat bendera putih?”, “Silakan menghibur diri”, “Tanda-tanda orang kalah”, “Panik ni ye” .... dan aneka komentar ad hominem untuk tulisan status selembut apa pun.
Mereka bisa datang seperti gerombolan, kerap pula jadi pengelana kesepian yang berjalan ke belantara dengan bersarungkan pedang di punggung.
Ada yang datang tanpa wajah, atau muncul dengan tampang sangar, bahasa kasar dan suara menggelegar. Banyak pula yang hanya pandai menyindir-nyindir, sinis, dan seolah menggenggam fakta yang paling benar.
Main-mainlah sekarang ke rumah orang-orang itu --nama-nama yang komentar-komentarnya masih tersimpan rapi di bulan-bulan dan tahun-tahun lalu.
Sekarang mereka meratap-ratap dengan caranya sendiri-sendiri.
Ada yang masih terlihat garang, bersoal dengan yang remeh-temeh, dan yang mengungkit-ngungkit soal-soal pinggiran, mengangkat remah-remah yang masih membuat kepala tegak. Ada juga yang menghitung-hitung dengan rumus yang dibuatnya sendiri, entah didapat di mata kuliah kalkulus yang ke berapa.
Eh, dan ada juga yang sekarang memenuhi lapaknya dengan kata-kata bijak.
Apa pun bentuknya, itu sekadar keragaman penyangkalan belaka. Intinya adalah ratapan. Demi tetap tegaknya martabat dan harga diri yang telah koyak.
Tapi tidak apa-apa. Saya hanya ingin menjadi pembaca setia sahaja. Tak perlu balik merundung, mengejek, apalagi menagih kata-kata lama di kolom-kolom komentar.
Di bulan yang suci ini, mari memaafkan mereka, seraya berharap aneka ratapan itu tak berumur lama.
Ingat kata Cicero: "tak ada yang mengering lebih cepat dari air mata."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews