Mlungsungi dalam percakapan sehari-hari adalah "berganti kulit, berganti rupa". Biasa terjadi di kehidupan binatang, yang mengalami perubahan dari kepompong menjadi kupu-kupu.
Pas ketika para pemain teater Yogyakarta mau latihan terakhir untuk mementaskan naskah drama “Mlungsungi” karya seniman-ustadz, Emha Ainun Nadjib di Taman Budaya Yogya, Malem Jumat (23/3/2022), mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berniat ketemu dan ngobrol bareng Emha.
Saya dan Tira (istri) ikut rombongan Pak Ishadi SK pendiri Trans TV yang juga berniat sama, ngobrol dengan Cak Nun. Akhirnya kami, Bu Susi, Pak Ishadi dan rombongan pun bergabung jadi penonton teater Cak Nun, yang bersiap pentas di panggung TBY mulai 25 dan 26 Maret 2022 ini.
“Ini sekadar Reriungan saja…,” kata Emha Ainun Nadjib, 69, yang ketika muda dikenal sebagai seniman dan juga ustadz ‘mbeling’ dari Yogyakarta.
Sekitar setengah jam lebih Cak Nun menerima kami ngobrol, di ruang belakang TBY yang persis di belakang Benteng Vredeburg, Yogyakarta itu.
Mlungsungi dalam percakapan sehari-hari adalah "berganti kulit, berganti rupa". Biasa terjadi di kehidupan binatang, yang mengalami perubahan dari kepompong menjadi kupu-kupu. Atau kalau binatang melata seperti ular, berganti kulit dan kemudian berganti dengan kulit baru.
“Sebenarnya yang kami pentaskan ini hanya menggambarkan sikap ‘ridho’ menghadapi segala situasi di Indonesia saat ini,” kata Cak Nun. Seperti juga sikap Cak Nun kini, yang mengaku “ridho” mau diapain pun oleh siapapun, termasuk dunia medsos yang seolah “mengadu” dia dengan berbagai pihak, termasuk dengan tokoh-tokoh politik yang memimpin negeri Indonesia saat ini.
“Ridho itu memang kata kuncinya, kalau kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi…,” kata Cak Nun. Wis, pokoke sak karepmu. Mau berbuat apa. “Bahkan aku mau dibunuh, atau diapain pun, silakan,” kata Cak Nun, yang sebenarnya geram dengan situasi masyarakat kita saat ini yang seolah tak peduli dengan siapapun, termasuk mereka yang dulu berjasa terhadap Indonesia di masa lalu.
Nah, pentas akbar Teaterawan Yogyakarta disutradarai Jujuk Prabowo di Taman Budaya Yogyakarta untuk naskah “Mlungsungi” karya Emha Ainun Nadjib mulai 25-26 Maret ini, sungguh menjadi tontonan menarik di sela pandemi yang tak kunjung habis ini. Rugi nggak nonton, he, he, he….
JIMMY S HARIANTO (Yogyakarta, 24/03/2022)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews