Kebanyakan orang sukses yang kukenal adalah mereka yang sangat mampu belajar sesuatu dari hidupnya, dari hidup orang lain, dari buku-buku, dari internet... Secara mandiri.
Aku tidak menyangka akan menghabiskan beberapa semester dari perjalanan kuliahku dengan belajar online.
Kuliah online berarti ketiadaan interaksi langsung dengan dosen dan teman, ketiadaan praktikum yang sebenarnya merupakan nyawa dari kuliah psikologi itu sendiri, keterbatasan akses ke perpustakaan, dan bagaimana caranya tetap semangat kuliah walaupun terjadi perubahaan besar-besaran. Sebuah perubahan yang tak seorangpun pernah antisipasi sebelumnya.
Melihat grafik corona di Indonesia yang percepatannya sungguh eksponensial, prediksiku adalah aku akan belajar online sampai lulus, 2 tahun lagi. Kecuali kampus sangat amat berani mengumpulkan mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia untuk segera berkumpul dalam satu tempat, bertatap muka.
Tapi kampus tidak seberani itu, mengingat ada dosen-dosen yang sudah tua. Akan terlalu besar risikonya. Maka, kuliah online di tahun ini tetap dihitung sebagai semester berjalan.
Disrupsi besar-besaran sedang terjadi. Mengutip kata Darwin, mereka yang akan survive BUKANLAH yang paling kuat, namun yang paling bisa beradaptasi dengan situasi.
Kuliah online menguji kemampuan inti seorang mahasiswa: kemampuan belajar secara mandiri.
Kita dituntut untuk menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered learning). Bukan teacher-centered learning. Sederhananya, seperti apapun proses dan hasil belajarmu, adalah tanggung jawab diri sendiri. Guru dan dosen cuma fasilitator.
Istilahnya, di depanmu ini sudah tersedia bahan-bahan masakan yang beragam. Entah dengan melihat resep atau dengan tidak melihat resep sama sekali, apakah kamu bisa mengolahnya jadi sebuah masakan yang memenuhi kebutuhan nutrisimu?
Mereka yang tidak mampu BELAJAR SECARA MANDIRI--tidak tahu gaya belajar yang efektif, cara mencatat materi, cara menggali sumber referensi, pokoknya mereka yang tidak tahu cara belajar sendiri tanpa supervisi orang lain yang selama ini kita bergantung padanya... Mereka-mereka ini akan "mati".
Kemampuan belajar sesuatu secara mandiri, adalah salah satu kemampuan terpenting yang perlu manusia miliki.
Kemampuan yang berguna seumur hidup. Kemampuan yang seringkali mendefinisikan sejauh apa kesuksesan kita.
Mandiri BUKAN berarti tidak butuh orang lain. Mandiri adalah tidak selalu menuntut untuk "disuapi" orang lain.
Sisi positifnya adalah, kita jadi punya kontrol penuh terhadap baik buruknya output pendidikan yang telah kita ambil. Kalau kita tetap bodoh, dapat nilai jelek, lama lulusnya... Ya berarti yang patut dipertanyakan adalah diri kita sendiri.
Kebanyakan orang sukses yang kukenal adalah mereka yang sangat mampu belajar sesuatu dari hidupnya, dari hidup orang lain, dari buku-buku, dari internet... Secara mandiri.
Asa Firda Inayah
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews