Kebaya dan Gerakan Budaya

Gerakan budaya didasarkan pada etika dan moral. Memulihkan marwah bangsa Indonesia yang dikenal santun dan menghargai orang lain.

Minggu, 15 Desember 2019 | 08:38 WIB
0
356
Kebaya dan Gerakan Budaya
Kebaya (Foto: suarasurabaya.net)

Pernah geregetan melihat anak muda menyerobot antrian tanpa merasa bersalah? Atau mungkin pernah dongkol membaca fitnah dan kebencian diumbar terbuka di sosial media? Simpati dan empati seolah bukan lagi bagian dari bangsa yang di buku-buku pelajaran sekolah disebut ramah dan sopan.

Kalau sudah begitu, revolusi teknologi komunikasi dan informasi dijadikan biang kerok. Padahal sebenarnya, krisis budaya sudah lama terjadi. Kontestasi politik semakin mencabik akar kehidupan sosial budaya yang memang rapuh.

Banyak yang menduga usai kontestasi politik, praktik menyebar kebencian, fitnah, mengklaim hasil karya orang lain, tidak menghargai orang lain, apalagi yang lebih tua, bisa segera berakhir. Ternyata keliru. Nyinyir, fitnah, bahkan kebencian, terus meraja lela. Begitu juga kurangnya penghargaan pada orang lain menjadi hal biasa.

Jadi masalahnya bukan terletak pada revolusi teknologi atau kontestasi politik. Banyak orang silau dengan budaya bangsa lain sehingga lupa menerapkan dan menurunkan budaya luhur yang sudah lama menjadi jalan hidup bangsa Indonesia.

Prihatin pada lunturnya budaya luhur bangsa Indonesia itulah, lima tahun yang lalu, bersama teman-teman, saya menginisiasi gerakan budaya melalui Perempuan Berkebaya.

Mengapa kebaya? Karena kebaya adalah busana daerah yang diakui sebagai busana nasional. Namun dalam perspektif gerakan budaya, saya memaknai kebaya sebagai simbol perjuangan.

Perjuangan melawan arus budaya asing yang memporakporandakan persatuan dan kesatuan. Perjuangan melawan cara hidup yang mengabaikan akar budaya luhur yang dimiliki seluruh sukubangsa di Indonesia.

Gerakan budaya didasarkan pada etika dan moral. Memulihkan marwah bangsa Indonesia yang dikenal santun dan menghargai orang lain.

Maka gerakan berkebaya, bagi saya, merupakan counter culture, budaya tandingan terhadap arus keruntuhan budaya yang mulai meninggalkan etika dan moral. Sebagai sebuah gerakan, kebaya telah membuka ruang-ruang sosial baru. Memberi jalan silaturahmi.

Pekerjan terbesar gerakan budaya melalui kebaya adalah mengaktualisasikan kembali buah-buah kebudayaan sebagai jalan hidup yang menyimpan karakter, simbol, dan pandangan hidup bangsa.

Kristin Samah

***