Gerakan budaya didasarkan pada etika dan moral. Memulihkan marwah bangsa Indonesia yang dikenal santun dan menghargai orang lain.
Pernah geregetan melihat anak muda menyerobot antrian tanpa merasa bersalah? Atau mungkin pernah dongkol membaca fitnah dan kebencian diumbar terbuka di sosial media? Simpati dan empati seolah bukan lagi bagian dari bangsa yang di buku-buku pelajaran sekolah disebut ramah dan sopan.
Kalau sudah begitu, revolusi teknologi komunikasi dan informasi dijadikan biang kerok. Padahal sebenarnya, krisis budaya sudah lama terjadi. Kontestasi politik semakin mencabik akar kehidupan sosial budaya yang memang rapuh.
Banyak yang menduga usai kontestasi politik, praktik menyebar kebencian, fitnah, mengklaim hasil karya orang lain, tidak menghargai orang lain, apalagi yang lebih tua, bisa segera berakhir. Ternyata keliru. Nyinyir, fitnah, bahkan kebencian, terus meraja lela. Begitu juga kurangnya penghargaan pada orang lain menjadi hal biasa.
Jadi masalahnya bukan terletak pada revolusi teknologi atau kontestasi politik. Banyak orang silau dengan budaya bangsa lain sehingga lupa menerapkan dan menurunkan budaya luhur yang sudah lama menjadi jalan hidup bangsa Indonesia.
Prihatin pada lunturnya budaya luhur bangsa Indonesia itulah, lima tahun yang lalu, bersama teman-teman, saya menginisiasi gerakan budaya melalui Perempuan Berkebaya.
Mengapa kebaya? Karena kebaya adalah busana daerah yang diakui sebagai busana nasional. Namun dalam perspektif gerakan budaya, saya memaknai kebaya sebagai simbol perjuangan.
Perjuangan melawan arus budaya asing yang memporakporandakan persatuan dan kesatuan. Perjuangan melawan cara hidup yang mengabaikan akar budaya luhur yang dimiliki seluruh sukubangsa di Indonesia.
Gerakan budaya didasarkan pada etika dan moral. Memulihkan marwah bangsa Indonesia yang dikenal santun dan menghargai orang lain.
Maka gerakan berkebaya, bagi saya, merupakan counter culture, budaya tandingan terhadap arus keruntuhan budaya yang mulai meninggalkan etika dan moral. Sebagai sebuah gerakan, kebaya telah membuka ruang-ruang sosial baru. Memberi jalan silaturahmi.
Pekerjan terbesar gerakan budaya melalui kebaya adalah mengaktualisasikan kembali buah-buah kebudayaan sebagai jalan hidup yang menyimpan karakter, simbol, dan pandangan hidup bangsa.
Kristin Samah
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews