Program Genosida yang Direstui

Sambil menghadapinya mari kita menundukkan kepala kita agar tidak sombong di muka bumi ini. Lha wong menghadapi mahluk yang begitu kecilnya dan tidak berakal saja kita kelimpungan terus.

Selasa, 30 Juli 2019 | 07:06 WIB
0
398
Program Genosida yang Direstui
Nyamuk (Foto: Kompas.com)

Akhirnya manusia sebagai mahluk yang berakal bisa memenangkan peperangan yang sudah berlangsung sangat lama sampai saat ini melawan musuhnya yang tidak berakal. Lawannya yang sangat menjengkelkan ini benar-benar bisa membuat manusia menderita kesakitan, berdarah-darah, dan mati dengan mengenaskan. 

Musuh tangguh yang meski sangat kecil dan tak berakal ini ternyata merupakan lawan manusia yang paling banyak membunuh manusia dengan senjata tusuknya yang sangat kecil tersebut. Peperangan melawan mahluk kecil mematikan ini rasanya akan abadi.

Nama musuh manusia itu adalah nyamuk.

Sekarang di musim kemarau ini mereka menyerbu kita dalam jumlah ribuan dan mengirimkan penyakit mematikan. Dulu mereka membawa penyakit malaria dan kini demam berdarah. Sampai sekarang dokter-dokter yang merupakan orang-orang yang dianggap paling pintar dan paham soal kesehatan masih terus kelimpungan menghadapi penyakit yang dibawa oleh musuh paling kecil dan menjengkelkan ini. 

Tapi sekarang kita BISA mengalahkannya. nyamuk bisa dibinasakan. Secara total. Bisa lho ya… Bukan berarti kita BAKAL benar-benar mengalahkannya. 

Sekarang nyamuk bisa kita TIPU dan BODOHIN dengan strategi baru, yaitu membuat nyamuk jantan menjadi mandul sehingga nyamuk betina tidak akan bisa beranak lagi, eh…maksudnya bertelur. Kalau tidak bisa bertelur ya lama-lama punahlah nyamuk tersebut. Gone forever.

Nyamuk betina ini, karena tidak punya akal, maka tidak tahu bahwa nyamuk jantan piaraan manusia di lab tersebut sebenarnya tidak akan bisa memberinya keturunan. Dia hanya bisa memberinya kesenangan seksual tapi gak bakal bisa memberinya bibit telor.

Saya tidak tahu apakah nyamuk betina ini benar-benar tidak peduli soal keturunan dan yang penting bisa ngesek sepuasnya dengan nyamuk jantan yang direkayasa lebih seksi ketimbang nyamuk yang bisa memberinya keturunan atau tidak. Tapi faktanya strategi nikmat tapi biadab ini berhasil membuat nyamuk punah karena tidak punya keturunan lagi. 

Kisah tentang kecerdasan manusia ini (dan sebenarnya biadab sih kalau dilihat dari moral kemahlukan) bisa dibaca di kisahnya Dahlan Iskan. Ini adalah sebuah strategi genosida nyamuk sebagai mahluk hidup di atas bumi yang mungkin bakal disetujui oleh PBB meski sebaiknya tidak usah dimintakan fatwanya pada MUI. Kuatirnya nanti dipolitisir sehingga muncul GNPFGN (Gerakan Nasional Pembela Fatwa Genosida Nyamuk) segala. 

Tapi sebagai manusia kita tidak usah sombong dulu. Kemenangan manusia atas nyamuk secara telak ini baru dalam bentuk percobaan.

Percobaannya di pulau kecil berpenduduk dua ribuan orang di pulau Sazhai dan Dadaosha di selatan Hongkong. Uji coba untuk memusnahkan nyamuk ini meski secara moral tidak beradab tapi dibuat dengan sangat menyenangkan bagi nyamuk betina.

Caranya dengan membuat nyamuk betina bersenang-senang dengan nyamuk jantan seksi tanpa harus mengurusi keturunan butuh dua tahun, Itu pun sangat melelahkan dan cara yang sangat rumit karena harus membuat pulau tersebut steril dari migrasi nyamuk dari pulau lain. Tidak boleh ada nyamuk lain boleh bertandang, migrasi, atau pun rekreasi ke dua pulau tersebut. Jangan sampai ada ‘married by accident’ dan menghasilkan bayi-bayi nyamuk yang imut dan menggemaskan tapi nantinya bakal mematikan. 

Apakah cara ini bakal bisa berhasil di Indonesia yang terdiri atas belasan ribu kepulauan di mana mereka sangat suka berpindah-pindah dari satu pulau kepulau lain? Saya kok meragukan. Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan Tiongkok dan Michigan Amerika Serikat ini anggap saja seperti harapan Indonesia akan mendapat bonus demografi di tahun 2045. Berharap kan boleh saja tapi bersikap realistis tetaplah yang terbaik.

Sementara ini mari kita menggunakan cara lama dalam menghadapi nyamuk, yaitu dengan semprotan, tisu anti nyamuk, dan telapak tangan untuk menghajarnya.

Sambil menghadapinya mari kita menundukkan kepala kita agar tidak sombong di muka bumi ini. Lha wong menghadapi mahluk yang begitu kecilnya dan tidak berakal saja kita kelimpungan terus. Apalagi menghadapi musuh lain yang begitu kecilnya sehingga tidak kelihatan tapi merupakan musuh manusia yang paling dahsyat, yaitu hawa nafsu. 

Surabaya, 20 Juli 2019

Satria Dharma

***