Ruang gerak mereka bisa jadi terbatas karena sengaja mengasingkan diri. Dan pastinya mereka berhubungan dengan komunitas yang itu-itu juga.
Belakangan kita meributkan soal tata tertib perumahan Islami yang nyeleneh. Masuk harus pake jilbab. Jika tidak pakai, disediakan di pos satpam. Gak boleh ada musik dan sejumlah aturan lainnya.
Bagi saya, biarkan saja mereka buat aturan sendiri. Saya tidak tahu bagaimana interaksi di kampung itu. Yang kalau saya bilang itu bukan kampung tapi kamp konsentrasi yang penghuninya rela dipaksa atas nama agama, biar masuk surga. Tapi kalau mereka suka, kita mau bilang apa?
Meski denger banyak kabar, di perumahan Muslim, antartetangga banyak yang saling benci gara-gara beda mahzab atau cara teknis ibadah. Yang perempuan saling julid pamer jilbab merekalah yang paling syar’i. Entah bener atau tidak, saya cuma bilang bodo amat… Bukankah hidup adalah pilihan?
Lagipula, tidak ada aturan di negeri ini yang boleh melarang seorang Islam melaksanakan ibadah, kepercayaan atau keyakinan. Kecuali Anda Kristen dan agama non Muslim lainnya. Baru anda merasa bahwa aturan itu bulshit belaka. Jadi pintar-pintarlah Anda semua…
Saya berpandangan, ruang gerak mereka bisa jadi terbatas karena sengaja mengasingkan diri. Dan pastinya mereka berhubungan dengan komunitas yang itu-itu juga.Sehingga, keberadaan mereka gampang dipantau. Sejauh mereka baik-baik saja, ya tidak ada masalah toh?
Kecuali jika berulah macam teroris. Ya tinggal dijedor. Dan jika kampung itu luluh lantakpun kitapun cuma bisa elus dada. Karena teganya, lelaki jenggotan itu meminta istrinya meledakkan diri ketimbang ditangkap. Dan yang lenyap ya kelompok mereka sendiri.
Coba kalau mereka tinggal dipemukiman umum, kayak di Sibolga. Sebanyak 115 rumah rusak gara-gara istri teroris meledakkan diri. Rumah orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Tentu kita tidak ingin kampung Islami itu jadi kampung teroris. Tapi kita yakin, aparat keamanan memantau benar kehidupan mereka. Untuk memberi rasa aman bagi kita semua. Dan merekapun paham juga soal ini. Jadi gak akan neko-neko.
Sukur sukur mereka insyaf telah dibohongi oleh penceramah dobol yang bisa jadi cari duit komisi bujukin jemaahnya agar beli rumah atau kapling syar'i itu..
Jadi kenapa harus kuatir? Makin banyak yang mengisolasi diri mereka, sebenarnya makin aman kebhinekaan republik ini..
Karena jumlah kita yang mencintai keberagaman bukan keseragaman lebih banyak dari mereka .
Hingga kita pastikan aturan mereka tidak bakal kepakai di kampung kita...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews