Tak ada yang perlu dikejar dengan membabi buta. Tak ada yang bisa dilekati. Santai saja. Semua ini hanya sementara.
Hampir jam 8 malam. Hujan mendadak tiba. Dari pelan, secara perlahan, ia menjadi keras. Suara orang berteriak-teriak di rumah ibadah terdekat terdengar keras.
Beberapa teman berkumpul di depan rumah. Ada yang merokok. Ada yang membawa cemilan. Saya duduk dari dalam rumah, mengamati mereka.
Udara hari ini terasa panas. Ada rasa pengap mengambang. Saya kembali memperhatikan napas saya. Perut naik, perut turun, ada udara keluar masuk dari hidung.
Tangan bersentuhan dengan keyboard komputer. Halus, itu sensasi yang terasa. Tubuh bersandar di kursi. Pantat menyentuh empuknya lapisan kursi.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara melalui hidung.
Ada hening di batin. Ada tenang di hati. Pikiran bersih dari konsep. Yang ada hanya kesadaran murni di sini dan saat ini.
Jam dinding berdetak. Tek. Tek. Tek. Tak ada jeda. Tak ada istirahat.
Suara hujan menyentuh atap. Brrrrr. Deras. Perlahan, ia menjadi pelan. Kini, hanya gerimis yang tersisa.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara keluar masuk hidung.
Badan terasa gerah. Keinginan untuk mandi tumbuh. Namun, cucian piring menumpuk. Ada gelisah datang.
Mandi dulu, atau mencuci piring dulu? Gelisah datang. Keraguan datang. Sebelumnya, mereka tak ada.
Kemalasan muncul. Ah, cuci piring bisa besok saja, kan tak banyak. Mandi juga tak mendesak. Tak ada yang terganggu dengan bau badan.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara keluar masuk hidung.
Kesadaran masuk. Kursi bergerak. Komputer ditinggalkan. Tangan sibuk mencuci piring, sampai bersih.
Handuk diambil. Masuk kamar mandi. 10 menit kemudian, badan bersih dan wangi. Yang perlu dilakukan telah selesai dilakukan.
Keraguan sudah lenyap. Kemalasan sudah pergi. Mereka hanya tamu sementara. Datang, menetap sebentar, lalu pergi tanpa jejak.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara keluar masuk hidung.
Ponsel berbunyi. Ada notifikasi masuk. Beberapa teman dan keluarga mengontak. Pelan-pelan, saya ambil ponsel, dan membalas pesan satu per satu.
Ada yang hendak berkunjung besok. Ada yang mengajak olahraga pagi. Ada yang mengajak malam ini juga ke Senayan. Sudah mandi. Hujan juga. Ini ditunda dulu.
Beberapa email masuk. Tak ada yang penting. Semua hanya info dan iklan. Lihat sebentar, lalu hapus.
Duduk kembali. Menghadap komputer. Melanjutkan menulis. Batin kembali tenang. Pikiran kembali bersih.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara keluar masuk hidung.
Inilah hidup. Semua dikerjakan dengan kesadaran. Sesering mungkin, kembali bersama napas. Ini menjamin konsentrasi dan ketenangan.
Saya menyebutnya batin satu arah. Tradisi spiritual Asia menyebutnya sebagai meditasi. Ada yang menyebutnya sebagai Samadhi. Nama tak penting. Yang jelas, ia menyegarkan.
Ketika cemas muncul, sadari. Kembali bersama napas. Ketika gembira muncul, sadari. Kembali bersama napas.
Batin kita seperti kamar kosong. Ia terbuka untuk semua. Ia tidak pilih kasih. Ia seluas jagat semesta itu sendiri.
Ada perasaan datang. Ada pikiran datang. Ada emosi datang. Mereka menetap sebentar, lalu pergi tanpa jejak.
Amati semua itu. Sadari semua itu. Tak ada yang lolos dari kesadaran. Semua berada di dalam kamar kosong kesadaran yang seluas semesta.
Tak ada yang perlu dikejar dengan membabi buta. Tak ada yang bisa dilekati. Santai saja. Semua ini hanya sementara.
Napas masuk. Napas keluar. Perut naik. Perut turun. Ada udara keluar masuk hidung.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews