Masyarakat mendukung strategi Pemerintah yang sedang menyiapkan skenario transisi pandemi menuju endemi Covid-19. Dengan adanya strategi baru tersebut, maka diharapkan masyarakat akan dapat beraktivitas seperti sediakala namun tetap aman dari penularan Covid-19.
Sudahkah Anda lelah menghadapi pandemi? Selama dua tahun ini, kita jadi beradaptasi dengan situasi yang bisa dikatakan tidak bagus. Ketika virus Covid-19 merajai bumi dan belum juga hilang. Semua orang jadi makin concern dengan kesehatan, menjaga imunitas tubuh, dan higienitas lingkungan.
Namun situasi pandemi bisa diakhiri dan statusnya berubah jadi endemi. Endemi adalah keadaan di mana kondisi di mana penyakit mewabah tetapi hanya terbatas di area tertentu. Perbedaan antara pandemi dan endemi adalah luasnya wilayah yang terdampak. Jadi, setelah jadi endemi, maka Corona hanya ada di wilayah tertentu di Indonesia.
Profesor Wiku Adisasmito, juru bicara Tim Satgas Penanganan Covid-19, menyatakan bahwa Indonesia bisa berkaca sudah sejauh mana siap untuk transisi menuju masyarakat produktif yang aman Covid-19. Memang saat ini sudah ada penurunan kasus Corona tetapi penularan omicron pernah lebih tinggi daripada delta.
Dalam artian, ketika kasus Corona masih cukup tinggi (di atas 10.000 pasien per hari) maka tidak bisa dikatakan sebagai endemi. Apalagi penyebarannya juga masih meluas. Akan tetapi kita tidak boleh pesimis. Jika semuanya disiplin maka bisa berubah jadi fase endemi dalam waktu dekat. Dengan catatan, seluruh warga taat untuk vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan.
Saat ini memang sudah ada persiapan sebelum masa endemi, karena di beberapa daerah sudah menjadi zona hijau. Jika mayoritas provinsi di Indonesia menjadi zona hijau maka pandemi akan berubah jadi endemi, karena Corona hanya ada di daerah tertentu. Dengan begitu maka kita bisa sedikit bernafas lega karena sebentar lagi virus Covid-19 akan minggat dari Indonesia.
Masyarakat mendukung perubahan status di Indonesia, dari fase pandemi ke endemi. Mereka ingin hidup seperti dulu lagi, di mana bisa bebas bepergian tanpa ada rasa khawatir tertular Corona. Ketika ada endemi maka mereka tinggal menghindari daerah yang masih terkena virus Covid-19.
Akan tetapi, untuk mencapai masa endemi, maka butuh persiapan matang. Terutama dari mental masyarakat, karena mereka tidak boleh menyerah di kala pandemi. Jika keadaan ini ingin cepat diakhiri, maka harus disiplin. Terutama dalam vaksinasi dan protokol kesehatan.
Jika ingin cepat endemi maka jangan malah menolak vaksinasi. Alangkah anehnya ketika ada sesuatu yang gratis dan bermanfaat, malah dihindari dengan alasan ini dan itu. Vaksin jelas halal dan dijamin oleh MUI. Oleh karena itu, ayo vaksin, kalau bisa sampai 3 kali injeksi alias booster, agar ketahanan tubuh terjaga.
Selain vaksinasi, semuanya harus taat dalam protokol kesehatan, tidak hanya 3M, tetapi sampai 10M. Protokol bukan hanya slogan yang wajib dihafalkan, tetapi juga harus dilakukan. Seperti misalnya memakai masker (berapa stok masker di rumah?), mencuci tangan atau memakai hand sanitizer (sudah simpan juga kan di dalam tas?), dll.
Saat disiplin memang ada pengorbanan, misalnya untuk poin mengurangi mobilitas. Jangan keluar rumah kecuali untuk urusan penting seperti bekerja atau sekolah. Jangan pula berkumpul seperti dulu, karena kerumunan bisa memicu klaster baru.
Ketika pandemi ingin diubah jadi endemi maka ada berbagai syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi. Pertama, semua WNI yang berusia 6 tahun ke atas harus divaksin plus booster agar makin sehat. Kedua, semuanya tertib dalam mematuhi protokol kesehatan.
Savira Ayu, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews