Apapun itu, saling melapor atas ucapan seseorg ini sangatlah tidak sehat. Meskipun ini secara hukum dimungkinkan, karena merupakan delik aduan.
Suatu fenomena ganjil terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini: orang melaporkan orang lain ke polisi karena ucapannya baik lisan atau tulisan di dunia maya. Sejak Prita Mulyasari dilaporkan ke polisi oleh RS Omni karena curhatnya di medsos di tahun 2009, beratus malah mungkin beribu kejadian mengikutinya orang mempolisikan orang lain karena pernyataannya di medsos.
Yang dilaporkan ke polisi berkisar soal penghinaan terhadap agama, suku, ras dan pribadi (ujaran kebencian). Saking banyaknya kasus orang melaporkan orang lain karena ucapannya ini dirasakan tidak normal lagi.
Jangan-jangan ini hanyalah ajang dua kubu dalam masyarakat untuk saling balas dendam. Polarisasi dalam masyarakat memang sangat menonjol dewasa ini.
Polisi di dalam menerima laporan penghinaan ini tentu harus meminta pendapat pakar bahasa. Tapi di sinilah justru kesulitannya. Pakar bahasa pun bisa mempunyai interpretasi yang berbeda-beda.
Ambillah contoh kasus yang termutakhir, yaitu Ferdinand Hutahaean, Arteria Dahlan dan Edy Mulyadi, interpretasi ucapan mereka bisa saling bertolak belakang.
Pakar bahasa A mengatakan ada unsur penghinaan, pakar bahasa B mengatakan tidak ada unsur penghinaan di situ. Belum lagi interpretasi khalayak ramai, betul-betul saling diametrikal.
Kok bisa ya, bahasa Indonesia yang sama-sama kita pakai, bisa menimbulkan penafsiran yang saling bertolak belakang.
Kondisi seperti ini membuat kita berpikir jangan-jangan ada upaya pemelintiran bahasa.
Apapun itu, saling melapor atas ucapan seseorg ini sangatlah tidak sehat. Meskipun ini secara hukum dimungkinkan, karena merupakan delik aduan.
Harapannya, biar polisi saja yang mengambil tindakan hukum bilamana ada ujaran penghinaan atau ujaran penghinaan. Toh di tubuh kepolisian sudah ada unit cyber crime yang memonitor sepak terjang netizen di medsos.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews