Zoute Bronnen, Manusia Zaman Prasejarah di Kalbar dan Krayan

Siapa hendak melakukan penelitian akademik-komprehensif? Disertai uji-karbon, jika memang ada jalur mendapatkan sponsor?

Sabtu, 26 Juni 2021 | 09:07 WIB
0
361
Zoute Bronnen, Manusia Zaman Prasejarah di Kalbar dan Krayan
Ilustrasi proses penemuan garam Krayan. Dokpri Masri.

Penemuan artefak paling awal di Borneo ada di gua Niah. Bukti keberadaan manusia Borneo zaman itu 40.0000 - 30.000 tahun S.M. Usianya sudah diuji dengan C-35. Penelitian dilakukan orang Inggris bekerja sama dengn Museum Sarawak, di Kuching, ini membuktikan. Bahwa peradaban kita telah begitu tua, lagi mulia. Dan, memang, kita manusia mulia.

Dan kini. Ada yang masih perlu diteliti lagi. Borneo memang sebuah lokus peradaban sangat tua, bila tidak hendak dikatakan: arkais.

Zoute bronnen (sumber garam) di Krayan dan Kalbar bukti manusia penghuni Borneo telah ada pada sirka tahun 1.500 S.M.

Bukti pula. Bahwa penduduk asli Borneo bukan dari mana pun.

Penelitian akademik, secara tepat-metodologi disertai bukti-bukti artefak dan uji-karbon, perlu segera dilakukan.

Setidaknya, ada dua sumber primer kuat dari sisi akademik. Diperkokoh oleh penelitian di locus peradaban batu suku Dayak di Krayan. Saya makin yakin bahwa asal mula Dayak tidak dari mana pun. Ia asli, dari sini dan di tempat ini. Ia autokton.

Saya beruntung. Telah menjejak langkah ke dua lokus, yang oleh peneliti sebelumnya mulai dibuka semacam clue. Bahwa zoute bronnen adalah salah satu bukti sejarah tak terbantah. Di lokus, dan sekitar itu, hidup dan tinggal manusia.

Zoute bronnen itu masih ditemukan aslinya di bumi Krayan hingga saat ini. Sumber garam gunung melimpah di wilayah Dataran Tinggi Borneo ini, sebagai awal dari clue, vorurteil, yang menunjukkan salah satu sifat/wujud arkais penghuni bumi Borneo tidak dari mana pun.

Saya, sebagai peneliti, memiliki sumber-primernya sebagai starting  awal hipotesis. Setidaknya, ada dua sumber primer kuat dari sisi akademik. Diperkokoh oleh penelitian di locus peradaban batu suku Dayak di Krayan. Saya makin yakin bahwa asal mula Dayak tidak dari mana pun. Ia asli, dari sini dan di tempat ini. Ia autokton.

Monograf --hasil penelitian Proyek Pengembangan Departemen P dan K (1976) tentang Monografi Sejarah Kalimantan Barat memberi semacam clue. Hasil penelitian Tim Inventarisaasi warisan budaya bangsa berhasil --meski secuil-- membeberkan fakta historis bahwa: zaman prasejarah, zaman kuno, terutama rentang tahun circa 1.500 SM berhasil menemukan apa yang disebut dengan zoute bronnen --sumber garam di perut bumi Borneo ketika itu.

Kini pun, zoute bronnen  itu masih ditemukan aslinya di bumi Krayan hingga saat ini. Sumber garam gunung melimpah di wilayah Dataran Tinggi Borneo ini, sebagai awal dari clue, vorurteil. Yang menunjukkan salah satu sifat/wujud arkais penghuni bumi Borneo bukan dari mana pun.

Di Krayan, terdapat banyak sumber garam. Ada legenda penemuannya. Terpatri dalam folklor orang Krayan. Kisah mengenai penemuan garam melalui cerita Siuk dan Bulin Apui yang menyumpit burung lalu menemukan sumber garam.

Kisah ini kiranya menyingkap mengenai bencana kebakaran di kampung orang Krayan di masa lalu. Konon ceritanya. Suatu ketika. Tatkala seisi warga kampung pergi ke ladang, rumah mereka terbakar.

Mungkin juga pada waktu itu sedang musim kemarau. Sumber api dari perapian (dapur) yang masih tersisa baranya. Ketika angin bertiup, menyalalah api dari bara itu. Sumber bara api tertiup angin, lalu melekat pada bagian atap rumah yang terbuat dari atap rumbia. Serta merta, api besar pun terjadi, dan melalap serta membumihanguskan rumah tersebut.

Lalu warga memeriksa apa yang masih tersisa. Ternyata ada buluh bambu, tempat menampung air garam yang diambil dari sumbernya yang tidak habis terbakar. Penduduk memeriksannya, lalu menemukan ada bekuan putih di dalamnya.

Setelah dikecap, ternyata asin rasanya. Lalu penduduk pun berpikir: Jika air garam dipanaskan maka akan membeku dan yang tertinggal adalah sarinya. Sejak bencana kebakaran itu, orang Kryan pun mengenal proses pembuatan garam.

Jika mitos, etiologi, dan folklor mendahului ilmu pengetahuan. Maka kisah mengenai penemuan garam melalui cerita Siuk dan Bulin Apui yang menyumpit burung lalu menemukan sumber garam ini kiranya tacit knowledge. Sekaligus clue untuk penelitian ilmiah dengan berbagai multidisiplinnya.

Tentu memerlukan tenaga, upaya, serta dana ekstra.

Siapa hendak melakukan penelitian akademik-komprehensif? Disertai uji-karbon, jika memang ada jalur mendapatkan sponsor?

Meneruskan penelitian saya (folklor) dan riset awal ke lokus artefak kebudayaan batu di Krayan. Selain mengantongi Monograf dari hasil penelitian Proyek Pengembangan Departemen P dan K (1976) tentang Monografi Sejarah Kalimantan Barat.

***