Mungkin dalam agama yang saya anut, saya ini tidak masuk wanita kategori shalehah. Bahkan saya tidak termasuk istri idaman dan juga menantu idaman para mertua.
Kenapa saya berkata demikian? Karena saya sering bertindak menurut keyakinan saya sendiri! Selagi yang saya lakukan tidak melanggar norma di masyarakat dan tidak melakukan sesuatu aib yang bisa mempermalukan diri sendiri dan orang lain, maka tidak ada yang bisa melarang saya untuk melakukannya.
Bahkan saya salah seorang yang menentang aturan jika suami melarang istri bepergian, sekalipun itu menjenguk orang tuanya yang sakit, maka istri wajib tunduk.
Sungguh! Bagi saya itu hal yang sangat konyol. Selagi alasan bepergian itu masuk akal dan punya tujuan yang jelas, saya akan pergi dan pamit sekedarnya saja.
Saya juga tidak termasuk orang yang percaya bahwa surga istri itu ada pada suami. Menurut saya, surga saya ada di hati saya sendiri. Saya lebih percaya jika hanya saya yang bisa menciptakan surga saya sendiri.
Saya mengenal beberapa teman yang menurut saya tidak masuk akal. Karena ketidakmandirian finansialnya, dan tergantung pada suaminya, maka ketika ada saudara yang meminta bantuan padanya semisal meminjam uang, maka dengan terpaksa menolaknya karena tidak berani terus terang pada suaminya.
Miris bukan? Padahal bisa jadi saudara tersebut sangat membutuhkannya dan hanya dialah harapan satu-satunya.
Bahkan saya pernah berteman dengan orang yang untuk membeli baju daster sebiji aja menunggu persetujuan suaminya terlebih dulu. Juga untuk membeli hal-hal remeh temeh lainnya, menunggu maklumat suami dulu.
Anehnya banyak yang menganggap itu bentuk kepatuhan dan ketaatan pada suami. Annoying banget!
Pernah juga seorang teman membuat pernyataan yang bikin mulut saya tidak berhenti tertawa. Menurutnya, jika suami memberi uang pada istri, itu disebut nafkah.
Tetapi jika sebaliknya, jika posisi suami lagi dalam kondisi tidak punya penghasilan, dan istri yang memenuhi nafkah di rumah tangga, maka dianggap istri memberi sedekah pada suami. Yaolooo, tolong!
Saya sangat jauh dari kategori wanita-wanita idaman pria tersebut! Saya ini wanita "pemberontak" yang sangat memahami posisi saya di mana. Meskipun begitu, saya juga bukan type penjajah suami yang punya niat menundukkan mereka dengan menginjak harga diri mereka. Saya hanya wanita yang memahami bahwa kesetaraan gender pada porsinya masing-masing.
Dst
Saya ini wanita yang terlalu sadar bahwa hidup ini harus dinikmati. Peraturan-peraturan yang membuat ketidaknyamanan dalam suatu hubungan sebaiknya dihilangkan. Hal-hal yang membawa ketidakbahagiaan dalam suatu hubungan, alangkah baiknya dimusnahkan saja.
"Artinya, itu tidak sesuai dengan ajaran agama dong? Karena wanita itu wajib tunduk pada suami, ridho istri ada pada suami, sorga istri ada pada suami." celetuk seorang wanita pada saya .
"Itu hanya berlaku bagi kamu, bagi saya tidak!" saya menjawab tegas dan teman tersebut langsung menjauhi saya.
Hidup saya, ya milik saya! Jadi wajib diperjuangkannya agar bahagia dan bisa menikmati hidup yang sementara ini. Dicap wanita sesat juga nggak takut. Siapa mereka berani menunjuk jari pada saya?
Serang, Banten 21 april 2021
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews