Bahkan Covid-19 Bukan "Musuh Bersama"

Bahkan penguatan polarisasi politik masih terkesan cukup mendominasi dan mewarnai acara di media mainstream dan sosmed.

Rabu, 29 April 2020 | 06:13 WIB
0
295
Bahkan Covid-19 Bukan "Musuh Bersama"
Photo by Lesly Derksen on Unsplash

Entah bagaimana membuat ilustrasi visual mengenai gambaran situasi saat ini. Mungkin perlu pelukis multi-dimensi. Bahkan mungkin seorang 3D animatorpun akan bingung membuatnya, apalagi kalau jarang membaca berita (maksud saya berbagai macam berita, bukan hanya satu dua kategori berita) sehingga gagal paham.

Atau mungkin kita perlu penulis handal, multi-perspektif yang tidak bias dengan pandangan, pilihan dan orientasi politiknya untuk menggambarkan situasi saat ini secara komprehensif integratif obyektif...hhmm ambillah rentang waktu peristiwa dan paradigma  +/- satu tahun sejak 2020...berarti tepatnya situasi sekitar 2019-2020-2021. Tentu menarik untuk ditunggu.

Saat ini sangat sulit bagi politisi dan pemimpin untuk menciptakan musuh bersama (common enemy). Dimanapun teori ini cukup sering dipakai. Mencari,menciptakan dan menyerang sebuah obyek tertentu dengan tujuan untuk menyatukan atau memecah opini publik demi mencapai situasi politik yang diinginkan.

Banyak contohnya, yang paling aman kita ambil contoh tim kampanye Donald Trump saat kampanye mengangkat isu kaum imigran sebagai ancaman bagi lapangan kerja warga AS, dia berjanji akan menutup border ke negara tetangga (Mexico), memperketat pintu imigrasi dan lebih mendorong investasi dalam negeri bahkan membuat perang dagang dengan negara seterunya (China).

Dia menciptakan sentimen white supremacy untuk memenangkan pemilu 2016. 

Gejala yang ada saat ini di negara kita adalah hilangnya musuh bersama itu. Bahkan setelah pemilu 2019 polarisasi antar eks pemilih dua kontestan pemilu masih mengkristal alias membatu.

Ironisnya saat covid-19 hadir dan diharapkan menjadi musuh bersama yang akan dilawan dengan kompak dan diharapkan sebagai momen cairnya kristalisasi dan fanatisme sempit terhadap kubu-kubu politik, ternyata hal ini tidak terjadi. Bahkan penguatan polarisasi politik masih terkesan cukup mendominasi dan mewarnai acara di media mainstream dan sosmed. 

Semoga saja kita mendapatkan tema yang tepat sebagai persoalan bersama sehingga kita sebagai bangsa, sebagai warga, sebagai keluarga, sebagai bagian dari masyarakat dapat kembali kompak dan produktif, efektif menghadapi tantangan kedepan yang berat.

Serpong, 29 April 2020

DPM

***