Hilda memaksa meminta modal untuk membuat rombong berjualan pop ice. Padahal ia lulusan master kesehatan masyarakat dari sebuah unuversitas swasta.
Lebaran ini kita dikagetkan oleh berita dari NTB. Seorang gadis 30 tahun berbodi gempal, menusuk ayahnya sendiri sampai mati.
Kisahnya karena Nurohmad, nama sang ayah membangunkan Hilda, anak perempuannya untuk sholat ashar. Waktu itu menjelang akhir Ramadhan.
Nurohmad gak sadar. Hilda yang dikira anaknya, ternyata sudah berubah jadi kampret. Ia bermetamorposis jadi mahluk yang tidur di siang hari dan bangun waktu malam. Makanya ketika dibangunkan untuk sholat sore itu, Hilda murka. Sinar matahari akan menyakitkan matanya.
Tapi mungkin bukan cuma itu. Sebelumnya Hilda ribut dengan ibunya. Ibunya dilempar botol minyak wangi. Hingga jatuh berantakan.
Hilda memaksa meminta modal untuk membuat rombong berjualan pop ice. Padahal ia lulusan master kesehatan masyarakat dari sebuah unuversitas swasta. Ia juga bekerja sebagai perawat di RSUD. Entah, kenapa pikirannya menjadi aneh.
Sore itu, ketika ayahnya menyuruhnya sholat ashar, Hilda murka. Diambilnya sebilah pisau. Dikejar Nurohmad yang sudah tua. Ditikamnya berkali-kali. Nurohmad berusaha bangkit lagi. Lalu berlari ke luar. Tapi Hilda gak membiarkan buruannya lolos.
Ia mengejarnya. Menikamnya lagi dengan bengis.
Satu tusukan ke dadanya. Tusukan lain ke lehernya. Ada juga yang menembus mata Nurohmad. Darah mengucur. Darah seorang ayah.
Lalu kita kaget membaca berita itu. Bagaimana bisa seorang perempuan, usia 30 tahun, bekerja sebagai perawat, bertindak begitu beringas kepada ayah kandungnya sendiri?
Hidup memang banyak hal tidak terduga. Bahkan ironi.
Mereka yang memelihara kemarahan dalam jiwanya akan selalu berteman dengan api. Sekali waktu dia akan membakarmu. Seperti halnya Hilda yang terbakar api dalam dirinya sendiri.
Jiwanya hangus.
Dan Nurohmad tetaplah seorang ayah. Yang mati ditikam anak kandungnya sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews