Menurut penuturan salah satu oknum guru dengan inisial OM, benih-benih cinta tersebut muncul setelah muridnya tersebut sering curhat lewat aplikasi percakapan Whatsapp.
Dalam bahasa Jawa ada istilah atau akronim: "guru digugu lan (dan) ditiru." Kurang lebih maksudnya, segala ucapan atau tindak tanduk atau perilaku seorang guru-wajib dipercaya-dan dijadikan contoh atau panutan oleh para muridnya. Kerena sejatinya seorang guru bisa menjadi tauladan dan membuka wawasan atau cakrawala dan inspirasi bagi siswa atau murid.
Tetapi guru yang ini tidak bisa atau wajib "digugu dan ditiru" oleh siapapun termasuk oleh muridnya. Justru perilaku tidak terpuji ini malah merusak citra seorang guru.
Ada tiga oknum guru SMP di Serang, Banten dengan inisial OM, DA dan AS main "kuda-kudaan" atau hubungan badan dengan ketiga murid atau siswi tersebut di ruang laboratoriun komputer di sekolah. Permainan kuda-kudaan itu sudah sering dilakukan antara guru dan murid tersebut. Kadang dilakukan di ruang sekolah-kadang dilakukan di semak-semak belakang sekolah.
Bahkan ketiga guru dan ketiga murid tersebut pernah main kuda-kudaan dalam ruangan lab komputer. Benar-benar edyaaan!
Akibat permainan kuda-kudaan ada salah satu siswi yang terlambat bulan alias hamil. Dari sinilah perilaku tiga guru tersebut terbongkar. Karena orang tua siswi tersebut melaporkan ke kantor polisi.
Bagi seorang wanita yang belum menikah dan sering main kuda-kudaan, terlambat bulan adalah sesuatu yang penuh harap-harap cemas.Karena, jangan-jangan pertanda hamil. Tapi bagi wanita yang habis menikah, terlambat bulan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu karena sebagai tanda kehamilan dan kabar yang menggembirakan.
Kembali ke tiga oknum guru bejat itu...
Padahal ketiga guru tersebut sudah berkeluarga dan masing-masing mempunyai dua anak. Masih saja cari daun muda. Dikiranya lalapan apa? Inilah yang namanya "kucing garong". Di rumah seorang suami pendiam dan tidak neko-neko, tetapi di laur rumah seperti seorang lajang atau perjaka yang suka icip-icip.
Permainan kuda-kudaan tersebut tidak ada unsur paksaan atau pemerkosaan artinya dilakukan atas suka sama suka. Jadi antara tiga oknum guru dan murid tersebut memang dilandasi cinta dan nafsu yang membara. Laki-laki atau suami mana yang tahan melihat segitiga sama kaki dengan simbol iluminati?
Menurut penuturan salah satu oknum guru dengan inisial OM, benih-benih cinta tersebut muncul setelah muridnya tersebut sering curhat lewat WA atau Whatsapp. Malah menurut pengakuannya, muridnya-lah yang sering ngajak ngobrol atau curhat lewat WA. Rupanya sama sang guru, celah sering curhat itu dimanfaatkan.
Dan anak-anak sekarang lebih cepat akhil balig dibanding dengan 20 tahun yang lalu.
Waspadalah! Jangan sampai masa depan anak hancur berantakan akibat salah dalam pergaulan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews