Hari-hari ini kata-kata "pelacur" kembali lagi. Puluhan tahun, sejak negara ini kehilangan "lokalisasi" untuk mereka, sedikit dimuliakanlah namanya dengan istilah baru seperti Wanita Tuna Susila (WTS) yang kemudian juga masih dianggap terlalu kasar itu. Lalu diganti Pekerja Seks Komersial (PSK), karena melacurkan diri itu dianggap sebagai satu profesi juga.
Walau disingkat tapi justru semakin menguatkan konteks sarkasmenya. Saya juga heran nyaris semua kata-kata majemuk berawalan kata "tuna" saat ini nyaris lenyap: tuna wisma (kembali diganti gelandangan). Yang menarik dalam konteks tunadaksa, nyaris semuanya disamaratakan secara global sebagai kaum difabel, padahal di dalamnya mencakup tunarungu (tuli), tuna wicara (bisu), tunagrahita (cacat tubuh), dll.
Padahal yang orang tidak tahu, kata tuna dalam konteks bahasa Jawa lebih dikenal dalam peribahasa "tuna sathak, bathi sanak" yang artinya kehilangan barang, tapi untung persaudaran. Ini istilah gaya berdagang orang Jawa yang tidak tegaan: bilang kurang dalam pembauaran, biasanya mereka membolehkan. Lalu dengan alasan pokoknya asal menambah saudara.
Menjelaskan kenapa orang Jawa tradisional itu sudah gagal berkembang dan menjadi besar ketika mulai niat berdagang. Hal ini secara pribadi sangat mencolok saya rasakan. Sahabat saya bilang itulah, salah satu ciri buruk saya sudah sederhana masih ditambah asketis. Orang Jawa itu punya ciri linear yang kadang sama: sudah gagal sejak dalam pikiran! Apa boleh buat!
Kembali ke pelacur, minimal dalam beberapa hari terakhir ini saya menemukan realitas orang kembali memaki dengan kata-kata ini. Tidak secara langsung, tapi bahkan dengan cara keminggris. Pertama, Jerinx motor atau juru bicara Superman is Dead (SID) yang memaki Via Valen sebagai "fucking whore". Kok tega ya!
Lepas dari kekesalan yang terjadi, yang alasannya bisa banyak itu. Tidak meminta izin ketika menyanyikan lagu milik SID. Ini masih standar, karena sebenarnya tidak ada satu penyanyi di dunia ini yang tidak meng-epigon lagu milik penyanyi lain. Konon SID-pun pernah juga menyanyikan lagu "Sayang" di panggung yang dianggap milik Via Vallen. Padahal sesungguhnya tidak, karena itu karya dan milik om Antonius Sutanto. Tidak tahu lagi berapa ribu orang yang pernah menyanyikannya di panggung.
Dunia dangdut koplo memang luar biasa banal dan liar. Dan rupanya Jerinx merasa bahwa lagunya Sunset di Tanah Anarkhi jadi turun kelas, bila dinyanyikan secara koplo. Apa yang dia anggap istilah Inggris: mendowngrade-kan. Yaowoh, ternyata ada kelas-kelasan dalam dunia seni suara toh!
Saya bisa memahami, ketika Jerinx sebagai seorang aktivis penyanyi yang bersikap keras dalam banyak hal. Ia boleh menjadi die hard dalam kasus Reklamasi Teluk Benoa, ia boleh selalu harus merasa insecure karea selalu menjadi sasaran tindak kekerasan, ditolak banyak sponsor karena sikap kritisnya. Tapi mustinya ia tidak boleh memaki perempuan lain sebagai pelacur.
Ok deh, bila umpatan itu sudah jadi gaya hidup, janganlah hal verbal kemudian dipindahkan ke dalam tulisan, apalagi untuk tujuan diviralkan.
Kasus kedua adalah viralnya fitnah foto editan Grace Natalie dengan pose syur dan nyaris tuna-busana. Si pembuat akun, mengomentari pantaskan seorang bermental pelacur menjadi calon wakil rakyat.
Jelas itu fitnah yang keji. Tapi lagi-lagi menggunakan kata pelacur itu keterlaluan!
PSI itu siapa? Partai yang baru saja lahir, yang konon diprediksi oleh banyak lembaga survai tidak lolos electoral treshold. Karena diprediksi suaranya tak akan lebih dari 3%. Kenapa tiba-tiba mereka ini menjadi sedemikian jeri dan jengah, hanya karena PSI selalu bersikap keras terhadap koruptor.
Belum lagi ada bukti bahwa para caleg dari partai ini akan terpilih, belum lagi ada bukti bahwa ketika terpilih mereka akan betul-betul bersikap anti-korupsi! Belum ada apa-apa! Satu-satunya alasan yang karena Grace Natalie memang sangat cantik, menarik, dan berhasil mengangkat citra baik PSI.
Kedua peristiwa ini menunjukkan secara tidak langsung, alam bawah dasar untuk mengutuki profesi yang konon paling tua dalam sejarah manusia itu! Profesi yang dalam banyak kitab suci justru akan menjadi yang paling pertama diselamatkan Tuhan, karena penderitaannya di muka bumi.
Dalam konteks Islam, sebuah hadist yang diriwayatkan bertutur seorang pelacur yang menolong seekor anjing yang kehausan. Yang menggugah keharuan dan belas kasihan Tuhan, hingga begitu saja ia diangkat masuk ke sorga. Padahal anjing diangga sebagai binatang paling hina dalam Islam, yang konon malaikat tidak akan mengunjungi sebuah rumah yang tuannya memelihara anjing. Poinnya manusia kotor menolong binatang yang kotor, dan pahalanya surga!
Rendra dalam sajaknya Nanyian Angsa, yang menyitir semangat Kristiani bercerita tentang seorang pelacur tua yang tidak lagi laku dan penyakitan. Dan ketika malaikat penjaga surga mengusirnya dari pintu gereja saat sakratul maut tampak akan menjemput. Yesus justru menyambutnya dengan penuh kasih dan meminangnya sebagai pengantin.
Spirit dari cerita ini adalah ketika masyarakat cenderung makin religius, dan menganggap dirinya paling suci. Saat itulah akan datang situasi hiperbolik di mana yang dihina jadi mulia, yang menghina justru jadi paria.
Memaki orang sebagai pelacur, sebenarnya suatu cara paling mudah untuk membantu mereka membersihkan dosanya dan itu terbukti dalam makian Jerinx, sebetapa brengseknya Via Valen yang memang hedonis dan manipulatif itu, ia jadi malah tampak baik dan berjasa. Cih!
Pun dengan Grace, dengan makian untuknya itu justru membantunya menaikkan popularitas dan simpati publik untuknya. Dia harus ikut senang karena sudah dapat keuntungan cuma-cuma...
Itulah yang dalam ilmu pemasaran modern disebut "gimmick", yang dimaki dan memaki secara simultan menikmati keuntungannya masing-masing!
Karenanya keduanya tidak pantas dibela!
Keduanya sama-sama pelacur yang sesungguhnya: dalam arti orang-orang yang lacur pada akhirnya...
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews