Era yang memungkinkan kita untuk saling terbuka dan saling mengenal, justru merubah menjadi era tertutup dan tersegmentasi. Ini yang saya maksud dengan paradoks.
Kini kita semakin merasakan, era revolusi komunikasi digital telah menjadikan hampir seluruh warga bumi terintegrasi. Jarak dan waktu seakan tergantikan dalam jarak jangkauan jari sejauh menyentuh tombol HP dan keyboard komputer.
Semakin hari, warga bumi semakin nampak tak mampu menghindarkan diri dari konektifitas digital antara satu dengan yang lain. Bahkan dengan transformasi digital yang kini merambah di semua lini kehidupan, suka tak suka, data diri kita menjadi publik dan tanpa disadari masuk ke dalam web jejaring digital yang seakan memiliki kehidupan sendiri. Inilah era "kau menjadi aku, dan kita adalah mereka."
Namun anehnya, keterbukaan akses ini, nampaknya tak menjadikan kita secara otomatis saling kenal mengenal. Yang sering terjadi justru kita sering "menolak" untuk saling mengenal. Akibatnya kita sering merasa asing satu sama lain.
Konektifitas digital yang memungkinkan kita dapat menjalin hubungan, membangun persahabatan, mempererat persaudaraan, menjalin saling pengertian, justru terhambat oleh kecenderungan kita membatasi diri dalam "kurungan digital" yang mempersempit wawasan.
Keterbukaan akses untuk membuka pergaulan, memperluas informasi dan pengetahuan dan menjelajahi lautan kehidupan, justru tak termanfaatkan.
Banyak dari kita memilih untuk berinteraksi dan bergaul hanya dengan orang orang sejenis--sejenis dalam ras, suku, agama, cara pandang politik dan seterusnya. Sebagai contoh, lihatlah pilihan peran aktif kita dalam whatsapp groups. Banyak sekali yang tanpa disadari hanya memilih aktif dalam komunitas digital yang sejenis, yang kurang lebih satu pandangan.
Akibatnya, era yang memungkinkan kita untuk saling terbuka dan saling mengenal, justru merubah menjadi era tertutup dan tersegmentasi. Ini yang saya maksud dengan paradox. Betapa banyak dari kita cenderung gagal untuk membangun iklim saling pengertian dan saling memahami di era globalisasi dan integrasi digital sekarang ini.
#iPras2022
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews