Paradoks Global Kehidupan

Era yang memungkinkan kita untuk saling terbuka dan saling mengenal, justru merubah menjadi era tertutup dan tersegmentasi. Ini yang saya maksud dengan paradoks.

Selasa, 15 Februari 2022 | 06:43 WIB
0
200
Paradoks Global Kehidupan
Ilustrasi globalisasi (Foto: brilio.net)

Kini kita semakin merasakan, era revolusi komunikasi digital telah menjadikan hampir seluruh warga bumi terintegrasi. Jarak dan waktu seakan tergantikan dalam jarak jangkauan jari sejauh menyentuh tombol HP dan keyboard komputer.

Semakin hari, warga bumi semakin nampak tak mampu menghindarkan diri dari konektifitas digital antara satu dengan yang lain. Bahkan dengan transformasi digital yang kini merambah di semua lini kehidupan, suka tak suka, data diri kita menjadi publik dan tanpa disadari masuk ke dalam web jejaring digital yang seakan memiliki kehidupan sendiri. Inilah era "kau menjadi aku, dan kita adalah mereka."

Namun anehnya, keterbukaan akses ini, nampaknya tak menjadikan kita secara otomatis saling kenal mengenal. Yang sering terjadi justru kita sering "menolak" untuk saling mengenal. Akibatnya kita sering merasa asing satu sama lain.

Konektifitas digital yang memungkinkan kita dapat menjalin hubungan, membangun persahabatan, mempererat persaudaraan, menjalin saling pengertian, justru terhambat oleh kecenderungan kita membatasi diri dalam "kurungan digital" yang mempersempit wawasan.

Keterbukaan akses untuk membuka pergaulan, memperluas informasi dan pengetahuan dan menjelajahi lautan kehidupan, justru tak termanfaatkan.

Banyak dari kita memilih untuk berinteraksi dan bergaul hanya dengan orang orang sejenis--sejenis dalam ras, suku, agama, cara pandang politik dan seterusnya. Sebagai contoh, lihatlah pilihan peran aktif kita dalam whatsapp groups. Banyak sekali yang tanpa disadari hanya memilih aktif dalam komunitas digital yang sejenis, yang kurang lebih satu pandangan.

Akibatnya, era yang memungkinkan kita untuk saling terbuka dan saling mengenal, justru merubah menjadi era tertutup dan tersegmentasi. Ini yang saya maksud dengan paradox. Betapa banyak dari kita cenderung gagal untuk membangun iklim saling pengertian dan saling memahami di era globalisasi dan integrasi digital sekarang ini.

#iPras2022