Apakah Termasuk Dosa Besar Istri Mengecek Pesan Whatsapp Suami?

Mungkin Giring Nidji ingin mewakili para suami yang merasa tertekan dengan pasangannya karena smartphonenya sering diminta oleh istrinya dan melakukan pengecekan isi pesan yang masuk.

Senin, 28 Juni 2021 | 21:55 WIB
0
450
Apakah Termasuk Dosa Besar Istri Mengecek Pesan Whatsapp Suami?
Giring Nidji (Foto: The Jakarta Post)

Ada sepasang suami-istri bertengkar hebat. Suara suami dar-der-dor seperti suara mercon ketika memarahi istrinya. Pertengkaran di pagi hari itu dipicu karena istrinya membuka pesan atau ngecek whatsapp smartphone milik sang suami. Suami tak terima dengan apa yang dilakukan istrinya yang membuka pesan whatsapp smartphone miliknya. Dan dianggap lancang.

"Sekalipun kita sudah suami-istri bukan berarti kamu (istri) bisa membuka atau mengecek pesan masuk whatsaap tanpa izin. Ini termasuk privasi pribadi," begitu dalih sang suami dengan suara lantang kepada istrinya.

"Lho, kalau tidak ada apa-apa atau ada sesuatu yang disembunyikan, kenapa harus marah, toh kita sudah suami-istri?" kata istrinya dengan suara tenang kepada suaminya.

"Bukan karena ada apa-apa atau ada sesuatu yang disembunyikan, masalahnya ini bagian dari privasi pribadi," kilah sang suami yang keukeuh pada pendiriannya.

"Kita sudah puluhan tahun berumah tangga. Selama ini aku tidak pernah membuka pesan whatsapp smartphone-m," kata istrinya dengan tangkas dan lugas.

"intinya, aku tidak boleh kamu (istri) membuka pesan masuk di whatshapp-ku tanpa izin," begitu kata penegasan suami kepada istrinya.

"Oke-okee kalau begitu maumu!.Kita tunggu nanti malam," kata istrinya dengan nada ancaman.

"Lha emang ada apa nanti malam? Ini masalah privasi karena kamu (istri) buka atau ngecek pesan whatsaap dan ga ada hubungannya dengan nanti malam?" tanya suami dengan nada penasaran.

"Tunggu saja!," kata istrinya singkat.

Pertengkaran pasangan suami-istri itu belum ada kata damai atau sepakat untuk mengakhiri keributan yang dipicu mengecek pesan whatsapp yang dilakukan oleh istrinya. Ceritanya sedang genjatan senjata sekedar untuk meredakan keributan.

Hari pun mulai larut malam dan diiringi hajan deras. Sepertinya hujan deras itu ikut mendinginkan suasana yang masih panas pada pasangan suami-istri tersebut. Sekalipun mereka tadi pagi bertengkar hebat, tetapi tidur tetap dalam satu ranjang atau satu kamar. Bukan tidur dengan kamar terpisah atau pisah ranjang.

Tidurlah mereka atau suami-istri itu dalam satu ranjang. Hujan membawa atau menambah suasana syahdu untuk melepas rindu. Suami mulai belingsatan atau tidur tak nyaman. Hanya membolak-balikan badanya ke kiri dan ke kanan. Naluri lelakinya mulai muncul. Sang istri pun sudah tahu atau paham dari kebiasaan suaminya kalau habis bertengkar kerena suatu hal atau sebab lainnya. Pasti burungnya kedinginan.

Suami mulai memberanikan diri mendekati istrinya dan mulai melancarkan aksinya. Istri sepertinya merencanakan sesuatu kepada suaminya atas pertengkaran tadi pagi yang dipicu mengecek pesan whatsapp.

Ketika tangan suami mulai menjalar ke daerah terlarang, dengan tenang dan cekatan istri memegang tangan suaminya dan mengeluarkannya dari bagian tubuh paling pribadi itu.

"Ini daerah terlarang dan harus ada izin. Tidak sembarangan boleh memegang apalagi membukanya," kata istrinya dengan nada tenang penuh penekanan.

Seketika suami kaget dan tak menduga kalau istrinya bakal melakukan aksi seperti itu. Rudal Patriot kendor atau mengkeret seketika sebelum siap diluncurkan.

Seperti kita ketahui, wanita atau istri itu ahli sejarah. Maksudnya ia akan mengingat-ingat kejadian atau peristiwa sebelumnya dan apabila terdesak akan mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan oleh suaminya. Ia sanggup menceritakan peristiwa atau kejadian dengan runut sekalipun sudah lima atau sepuluh tahun yang lalu.

"Lho kita kan suami-istri dan sudah selayaknya atau menjadi kewajiban istri melayani suami," kata suami kepada istrinya dengan suara tenang.

"Betul kita memang suami-istri! Tetapi soal kewajiban istri melayani suami-menurutku (istri) itu dalil lama dan lebih menjadikan istri sebagai objek seksual. Hubungan suami-istri harus berdasarkan kesetaraan dan bukan paksaan," jawab istrinya dengan tangkas.

"Kalau kita benar suami-istri, mengapa waktu aku membuka pesan whatsapp kamu (suami) marah besar dan keberatan dan menganggap itu bagian dari privasi?".

"Bukankan pernikahan menghalalkan sesuatu yang awalnya terlarang menjadi tidak terlarang atau saling meng-halalkan?"

"Bukankah hubungan suami-istri itu sebenarnya saling meng-halalkan bagian tubuh yang dianggap yang paling privasi. Menjadi tidak privasi lagi karena kita sudah menjadi suami-istri yang sah?"

"Mengapa hanya membuka pesan Whatsapp saja dianggap seperti melakukan dosa besar dan terlarang dengan dalih privasi. Sedangkan bagian tubuhku yang paling privasi dengan bebasnya kamu (suami) telanjangi dan dinikmati dan akau tidak pernah marah atau komplain?" tanya istri kepada suaminya.

Suami diberondong dengan banyak pertanyaan-pertanyaan yang menohok yang sulit untuk menjawabnya. Di satu sisi suami tetap ingin mempertahankan pendiriannya atau argumentasinya, bahwa membuka pesan whatsapp tetap terlarang dan itu privasi.Sekalipun sebagai suami-istri.

Suami mulai merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh istrinya. Sepertinya ada benarnya apa yang dikatakan oleh istrinya. Daripada tidak dikasih jatah atau tidak dilayani istrinya, sang suami akhirnya meminta maaf kepada istrinya. Mungkin ada kata-kata yang menyinggung istrinya dari keributan tadi pagi yang dipicu membuka atau mengecek pesan whatsapp milik suaminya.

Sepasang suami-istri itu akhirnya berpelukan seperti teletubbies dan saling menghalalkan. Seperti umumnya suami-istri kalau habis bertengkar untuk mencairkan suasana biasanya diikuti dengan percintaan atau memadu kasih.

Sebagian besar suami menganggap-istri tak seharusnya membuka pesan whatsapp suaminya karena dianggap privasi. Sebenarnya sekalipun suami membebaskan istrinya atau mengizinkan membuka atau mengecek pesan whatsapp miliknya sewaktu-waktu, tidak lantas istri juga mau melakukannya. Karena dilandasi saling kepercayaan atau komitmen.

Akan tetapi, konon menurut sebuah survei delapan dari sepuluh pasangan yang tidak setia atau selingkuh diketahui atau terbongkar dari sebuah pesan masuk whatsaap atau smartphone dari pasangannya. Dan sisanya tahu dari informasi teman atau sahabat atau dengan kata lain bisik-bisik tetangga.

Ada sebuah video yang diunggah oleh Giring Nidji.Dalam video tersebut sang istri minta izin untuk mengecek atau membuka-buka smartphone milik suaminya tersebut. Dan Giring Nidji memberikan smartphone kepada istrinya untuk mempersilahkan kalau mau diaudit atau mengecek isi percakapan dalam smartphone tersebut.

Tetapi, setelah Giring Nidji memberikan smartphone miliknya kepada istrinya, ia  keluar dengan membawa sebuah koper dan pergi dari rumah. Dengan kata lain lebih baik minggat dari rumah kalau seorang istri sudah tidak percaya dengan suaminya dan sampai mengecek atau membuka pesan yang masuk dari whatsapp tersebut.

Pesan itu yang ingin disampaikan Giring Nidji kepada istrinya. Atau mungkin Giring Nidji ingin mewakili para suami yang merasa tertekan dengan pasangannya karena smartphonenya sering diminta oleh istrinya dan melakukan pengecekan isi pesan yang masuk.

***