Beragama tak boleh meninggalkan nalar; sebaliknya bernalar harus pula dituntun dengan agama.
Ada asumsi di sebagian kalangan: jika seseorang sudah beragama, nalarnya akan berhenti. Jika mau tetap menjadi manusia bernalar, rasional, tinggalkan agama. Hanya ada dua pilihan: agama atau nalar. Tidak bisa dua-duanya.
Cara pandang "either/or," "imma jadza aw dzak," atau-ini-atau-itu semacam ini dianut oleh sebagian kalangan di dalam Islam sendiri, maupun kalangan yang sudah meninggalkan agama sama sekali. Ada sebagian kalangan Islam yang takut sama sekali pada akal, dan menakut-nakuti orang-orang yang memakai pendekatan rasional dalam beragama.
Saya amat tidak setuju dengan pandangan semacam ini. Peradaban Islam sejak masa yang paling dini sudah menunjukkan bahwa seseorang bisa beragama dan tetap menggunakan nalar.
Ajaran Islam sendiri mendorong pemeluknya untuk beragama dengan nalar; tak boleh "anut-grubyug."
Peradaban pemikiran Islam sejak dulu menunjukkan capaian cemerlang di bidang penalaran ini. Saya mau ambil satu contoh: Fakhr al-Din al-Razi (w. 1210), "the great mind" dari Persia yang hidup di abad ke-12. Ia meninggalkan warisan intelektual yang menakjubkan, salah satunya adalah kitab bertitel "al-Mathalib al-'Aliyah Min al-'Ilm al-Ilahi," maha-karya dalam bidang teologi Asy'ariyah.
Membaca buku ini, saya layaknya seorang turis yang ngungun-takjub di depan pemandangan ajaib; saking takjubnya, ia seperti seseorang yang "kesambet oyot mimang" (terkena sihir akar mimang).
Karya-karya al-Razi menunjukkan satu hal: beragama tidak berarti meninggalkan akal. Beragama justru harus berakal. Dan berakal seharusnya dituntun dengan wahyu dari agama. Membaca karyanya ini, kita menyaksikan "the great show of reasoning."
Inilah yang saya sebut Jalan Ibnu Rushd (w. 1198). Ibn Rushd adalah filsuf dan sekaligus ahli fikih dari Maroko yang hidup seabad sebelum al-Razi. Dialah yang mendalilkan bahawa antara wahyu dan akal tak ada pertentangan.
Semua ulama dan filsuf Islam dari zaman pra-klasik, klasik, pasca-klasik, hingga era, berjalan berjalan di atas Jalan Ibn Rushd ini, termasuk Imam Ghazali.
Inilah warisan peradaban kita sebagai Muslim: beragama tak boleh meninggalkan nalar; sebaliknya bernalar harus pula dituntun dengan agama.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews