Tragedi Susur Sungai, Lihatlah dari Perspektif Korban, Bukan Tersangka

Tidakkah mereka juga mempertimbangkan bahwa sebenarnya tindakan menggundul dan mengarak ini perlu, untuk mencegah orang lain melakukan pekerjaannya secara tidak profesional.

Kamis, 27 Februari 2020 | 12:31 WIB
0
996
Tragedi Susur Sungai, Lihatlah dari Perspektif Korban, Bukan Tersangka
Guru gundul yang menjadi tersangka (Foto: Solopos.com)

Para SJW (social justice warrior) yang rame-rame nulis status "Polisi telah melakukan penghinaan pada para guru, udah digunduli lalu show off ke wartawan, kayak maling apa gitu. Apa mereka lupa, dulu dididik guru? Gak mempertimbangkan perasaan mereka banget!"

Para SJW inilah yang juga tidak mempertimbangkan perasaan para orangtua dari 10 anak yang mati karena kesengajaan murni: membiarkan anak seusia 12-13 tahun menempuh sungai berarus deras tanpa pengamanan, tidak mengimbau untuk pakai celana saja daripada rok panjang, sementara para guru asik duduk manis di sekolah, dan ketika diperingatkan warga malah jawab "hidup mati di tangan Tuhan".

Maka, bisa disimpulkan kalau sebenarnya itu bukan kelalaian, itu sudah kesengajaan.

Kesengajaan untuk menempatkan 249 orang yang sudahdipercayakan penuh pada mereka, dalam risiko yang amat berbahaya... Yang mereka pun memilih enggan ikut kawal perjalanannya.

Tidakkah para SJW dan keyboard warrior melihat dari perspektif lain?

Perspektif korban. Bukan perspektif para manusia dewasa yang memilih menantang risiko dengan sesadar-sadarnya.

Manusia yang meremehkan amanah, dan menganggap kepercayaan sebagai barang murah.

Tidakkah mereka juga mempertimbangkan bahwa sebenarnya tindakan menggundul dan mengarak ini perlu, untuk mencegah orang lain melakukan pekerjaannya secara tidak profesional, siapapun itu!

Apalagi kalau karena berpikir: "Ah, hormati saya dong, saya ini guru, maka saya berhak melakukan apapun, dan berhak atas pemaafan jika terjadi kesalahan, karena sekali lagi... Saya ini guru. Siapa yang dulu mengajari kamu?"

PGRI protes kenapa guru diperlakukan demikian dan menyuruh polisi introspeksi.

Kenapa bukan mereka sendiri yang introspeksi bagaimana sampai 10 anak kecil bisa mati sia-sia karena kelakuan anggota mereka? Guru macam apa yang berpikir seolah risiko tak bisa dicegah? Ya guru yang menjawab ke warga "Gapapa, biarin aja siswa saya susur sungai. Kematian di tangan Tuhan!"

Anyway... Saya sebenarnya tidak setuju mereka digunduli. Saya lebih setuju mereka disuruh susur sungai pas musim hujan begini, satu-satu, pakai rok, dan jangan ada yang mengawasi walaupun ada banjir di hulu.

Kalau gitu aja gimana?  

Asa Firda Inayah,  Pramuka Penegak Laksana, sering susur sungai, kemah di hutan belantara, perjari, jurit malam, dan segala outbound ekstrem. Mantan Dewan Kerja Ambalan.

***