Menggali Sisi Spiritual Agama dan Peradaban, dari AE Priyono ke Budhy Munawar Rahman

Kita mulai dari gerakan virtual. Setahap demi setahap menyusun batu bata agar menjadi dinding yang kokoh. Di sanalah kita akan berdiri, sesuai dengan seruan itu: Para pencari kedalaman, bersatulah!

Rabu, 15 April 2020 | 18:59 WIB
0
289
Menggali Sisi Spiritual Agama dan Peradaban, dari AE Priyono ke Budhy Munawar Rahman
Budhi Munawar Rachman (Foto: islamlib.com)

Para pencari kedalaman, bersatulah!
Para penganjur hidup harmoni, datanglah!
Damai dalam perbedaan, tumbuhkanlah!

Tiga kalimat di atas mungkin cukup. Untuk menggambarkan apa, mengapa, bagaimana , untuk apa komunitas esoterika-Islamika itu dibuat, tiga kalimat di atas sudah menjawab.

Kita ingin merasakan kedalaman hidup. Kita biarkan 1000 bunga tumbuh mekar. Yang dilarang hanyalah yang bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia.

Di tahun 2019, AE Priyono mengajak saya berjumpa membangun komunitas spiritual lintas agama. Menghadapi penganut agama yang semakin sektarian, formalistisk, dan menghidupkan kebencian, diperlukan gerakan yang berbeda.

Baca Juga: Jalan Sunyi Mas AE

Ujar AE, justru kita hadirkan kedalaman, kebersamaan, harmoni atas perbedaan. Kita butuh forum untuk sharing lintas iman, bahkan lintas budaya.

Komunitas ini bisa dimulai dulu dari Facebook. Pun kegiatan bisa dimulai dari menyajikan buku mencerahkan tema spiritualitas dari aneka agama dan peradaban.

AE Priyono dengan rajin memulai gerakan ini. Saya membantu dari belakang. Kini AE sudah almarhum.

Tapi, bukankah gagasan yang kuat perlu selalu kita hidup-hidupkan, walau pelopornya wafat? Bukankah mati satu tumbuh seribu?

Saya pun mencari sosok pengganti AE Priyono. Yaitu yang punya passion pada spiritualitas, gemar dan luas membaca, dan terlatih menulis.

Di laman Facebook Esoterika- Islamika, beberapa hari setelah wafat AE Priyono, saya umumkan itu. Siapakah penggati AE Priyono? Dari aneka respon muncul nama Budhy Munawar Rahman.

Ia sahabat yang sudah saya kenal sejak tahun 1984. Bersama kami mendirikan Kelompok Studi Proklamasi, yang waktu itu, kami masih mahasiswa. Usia Dua puluhan. Bersama kami melakukan studi mingguan soal islam.

Kembali saya berjumpa Budhy, di tahun 2015 (?) ketika mbak Omi, istri Nurcholish Madjid mengizinkan karya Cak Nur semua bisa dionlinekan. Abrakadabra! Jadilah perpustakaan online yang paling lengkap memuat hampir seluruh tulisan Cak Nur sejak awal.

Budhy akan menggantikan AE Priyono, mengulas buku spiritual hasil kurasinya. Seridaknya seminggu dua buku. Lalu ia menyediakan waktu membagikan buku pdf itu bagi siapapun yang ingin.

Lalu apa tugas saya? Seperti ketika bersama AE, saya berdiri di belakang mengisi apa saja yang kosong. Yaitu agar gerakan yang dimulai dari facebook bisa meluas, seluasnya.

Kita sampai pada peradaban yang maha hebat. Dari generasi itu harus juga lahir gerakan yang menjadi anak kandung zaman.

Kita mulai dari gerakan virtual. Setahap demi setahap menyusun batu bata agar menjadi dinding yang kokoh. Di sanalah kita akan berdiri, sesuai dengan seruan itu: Para pencari kedalaman, bersatulah!

Selamat bekerja untuk Budhy Munawar Rahman.

April 2020

Denny JA

***