Hominid masih kerabat simpanse yang semula merangkak di atas pepohonan lantas turun ke padang rumput dan kian terlatih berjalan dengan berdiri tegak.
Apa jadinya dunia tanpa Indonesia? Baiklah, kumulai hari dengan membaca buku "Origins: How the Earth Made Us", karya Lewis Dartnell.
Sekitar 3-4 juta tahun yang lalu, dataran Sahul (Papua yg menyatu dgn Australia) terlepas dari superkontinen Gondwana (di belahan bumi selatan) dan bergeser ke utara. Kejadian yang sama dialami oleh apa yang kini membentuk Amerika Latin, Afrika dan India.
Dataran Sahul yang bergeser kemudian menutup arus laut Indonesia yang semula merupakan jalur aliran air hangat dari Samudera Pacific ke Samudera India. Hal ini membuat Samudera India menjadi lebih dingin.
Saat yang sama pergerakan angin monsoon dari pegunungan Himalaya dan Tibet ke arah Samudera India juga menambah pendinginan di kawasan Samudera India. Kondisi ini mungurangi penguapan di kawasan Samudera dan menimbulkan efek pengisapan atmosfir yang menarik kelembaban udara dari kawasan Afrika Timur.
Akibatnya, Afrika Timur mengalami pengeringan, yang secara perlahan mengubah bagian luas dari hutan tropiknya menjadi padang rumput.
Hominid (masih kerabat simpanse) yang semula merangkak di atas pepohonan lantas turun ke padang rumput dan kian terlatih berjalan dengan berdiri tegak.
Proses ini seiring dengan perubahan iklim yang ditimbulkan oleh pergeseran rotasi bumi terhadap matahari membawa obahan biokimiawi yang mempengaruhi struktur otak.
Secara perlahan, dalam jutaan tahun lamanya, itulah yang menjadikan kita.
Wallahu 'alam!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews