Puisi | Tuhan Tidak Butuh Dibela

Jumat, 31 Mei 2019 | 07:10 WIB
0
551
Puisi | Tuhan Tidak Butuh Dibela
ilustr: Heaven Awaits

( Sebuah Renungan )

Begitu banyak orang merasa tersinggung, demikian juga aku, manakala agama atau simbol-simbol keagamaan dilecehkan atau seolah-olah direndahkan. Apakah yang sesungguhnya terjadi dengan diriku? Mengapa aku harus tersinggung? Mengapa aku harus marah-marah dan mengancam siapa pun yang melakukannya? Apakah kualitasku sebagai manusia yang mengaku beriman menjadi berkurang apabila agamaku dilecehkan? Lalu, benarkah  aku harus bertindak bengis dengan alasan bahwa pelecehan itu berarti sama dengan melecehkan Tuhan?

Aku mencoba merenung dan mengendapkan diri terhadap apa yang aku alami. Benarkah aku membela Tuhan? Bukankah apa yang terjadi adalah ungkapan emosi terhadap kesombonganku, keegoisanku belaka. Kalau aku marah, bukankah itu menunjukkan bahwa keimananku masih dangkal. Aku masih belum bisa rendah hati dan pemaaf.

Padahal Tuhan sungguh pemaaf dan murah hati. Apakah Tuhan akan terhina kalau agamaku dilecehkan? Setelah aku renungkan, aku yakin Tuhan tetap Maha Pengasih. Tuhan tidak butuh dibela. Dia terlalu Maha Kuasa untuk aku bela. Penghinaan terhadap agamaku, pastilah bukan suatu yang penting bagi Dia. Dia mengajarkan cinta kasih dan kedamaian. Mengapa aku harus tersulut kemarahan, padahal Tuhan sendiri tidak pernah marah.

Mestinya aku sadar bahwa tidak akan ada kerendahan hati tanpa penghinaan. Aku belum rendah hati kalau aku masih belum bisa menahan diri terhadap penghinaan.

Ampuni aku Tuhan karena aku justru telah melecehkan Engkau dengan memusuhi sesama ciptaan-Mu. Selama ini aku selalu sok pahlawan dengan menganggap diri sebagai pembela-Mu. Aku terlalu sombong dan menganggap Engkau lemah dan butuh dibela. Betapa bodoh dan piciknya aku.

Tuhan jadikanlah aku pembawa damai.

***
Solo, Jumat, 31 Mei 2019. 6:57 am
‘salam damai penuh cinta’
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko