Mendesak, Pembenahan Informasi Bencana

Selasa, 8 Januari 2019 | 11:37 WIB
0
521
Mendesak, Pembenahan Informasi Bencana
Alat pendeteksi tsunami (Foto: Politiktoday.com)

Di era revolusi informasi, setiap orang dapat menjadi sumber informasi dan sekaligus penyalur informasi. Dengan semakin banyaknya orang memiliki smartphone, saat ini hampir setiap orang terpapar beragam informasi dari manapun datangnya secara cepat, baik informasi akurat, kurang akurat hingga hoax.

Dalam kaitan bencana, informasi cepat dan akurat menjadi sangat penting. Kita membutuhkan informasi dini terkait potensi bencana yang mungkin akan terjadi. Namun, peringatan dini ini juga semakin disadari dapat menjelma "pisau bermata dua".

Di satu sisi sangat penting bagi warga agar dapat mempersiapkan diri secara cepat untuk menghindar dari bahaya, tetapi pada sisi lain juga dapat menimbulkan kepanikan. Dilema memang seringkali terjadi antara memberi peringatan (kalau perlu "keras") agar warga lebih sigap VS cukup memberi informasi "lembek" (soft warning) agar tak terjadi kepanikan.

Artikel berikut cukup menarik disimak karena secara tidak langsung membahas dilema itu. Lembaga seperti BMKG atau BNPB, selain semakin dituntut untuk lebih cepat dan akurat dalam menyampaikan informasi, juga harus tepat dalam menyampaikan informasi di tengah dilema yang dihadapi itu.

Coba perhatikan artikel berikut ini. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua. Akurasi dan cara penyampaian informasi dari lembaga seperti BMKG pada era sekarang rupanya sangat menentukan dalam penyelamatan nyawa rakyat.

Sekedar informasi tambahan dari seorang teman:

Saat ini ada peralatan yang disebut "Wireless Emergency Alert System" yang diluncurkan tahun 2012. Cell phone handset yang WEA-Capable bisa langsung menerima peringatan dari otoritas yang berwenang.

Sekarang ini, mereka yang menggunakan cell phone jenis itu, tiap ada thunderstorm, cell phone mereka berdering memberitahu apakah ada potensi bahaya (strong wind atau flash flood) di area sekitar mereka. Mungkin ini perlu di terapkan di Indonesia yg masyarakatnya hidup di cincin api yang setiap saat nasibnya dapat terancam bahaya alam.

***