Masyarakat diminta untuk tetap memakai masker dan menaati protokol kesehatan. Tujuannya untuk melindungi orang yang berada dalam kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Pandemi telah kita lalui selama lebih dari dua tahun dan masyarakat jadi terbiasa untuk menjaga imunitas serta menaati protokol kesehatan. Masker dengan mudah dibeli di mana-mana karena poin dalam protokol kesehatan ini yang paling populer.
Namun pemerintah akhirnya melonggarkan aturan dan memperbolehkan untuk tidak pakai masker, jika masyarakat beraktivitas di luar dan tidak bergerombol.
Namun untuk alasan kesehatan dan keselamatan lebih baik masyarakat tetap menaati protokol kesehatan meski tidak diwajibkan pakai masker. Ingatlah bahwa masker hanya boleh dilepas ketika ada di luar ruangan, sedangkan jika di dalam ruangan tetap harus mengenakannya. Ketika bekerja di kantor atau belajar di sekolah tentu masih harus pakai masker.
Profesor Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa masyarakat wajib melindungi kelompok rentan di sekitarnya. Di antaranya mereka yang memiliki komorbid, anak-anak, dan lansia. Caranya dengan memakai masker dan menaati protokol kesehatan. Jangan sampai gara-gara malas pakai masker jadi tertular Corona atau malah jadi sumber penularan.
Dalam artian, memang memakai masker di luar ruangan tidak lagi diwajibkan. Namun alangkah baiknya masyarakat turut memikirkan orang lain yang memiliki risiko tinggi untuk terkena Corona. Misalnya balita (yang belum cukup umur untuk divaksin Corona), lansia (yang imunitasnya lebih rendah) dan komorbid yang punya penyakit bawaan sehingga lebih rentan kena Corona.
Saat ini cakupan vaksinasi Corona baru 60% di seluruh Indonesia sehingga kondisi pandemi belum diakhiri, karena kekebalan kelompok belum terbentuk. Jika ada 1 saja orang tanpa gejala yang tidak pakai masker maka ia akan menularkannya ke banyak orang lain. Apalagi jika orang tersebut belum divaksin, akan lebih mudah untuk tertular dan bisa meningkatkan angka pasien Corona.
Masyarakat diimbau untuk tetap menggunakan masker dalam beraktivitas, meskipun dalam beberapa kondisi telah dilonggarkan. Penggunaan masker selain mengurangi risiko penularan Corona juga melindungi diri dari debu, bakteri, dan virus selain Covid-19.
Sadarkah Anda saat pandemi malah jarang sakit pilek, batuk, atau yang lain? Penyebabnya karena setiap hari memakai masker ketika keluar rumah sehingga terlindungi.
Selain memakai masker, taati juga poin lain dalam protokol kesehatan, seperti cuci tangan, jaga jarak, dan mengurangi mobilitas. Terutama dalam jaga jarak karena jika tak pakai masker dan bergerombol, risiko penularan Corona amat besar. Masker amat murah harganya tetapi melindungi diri dan melindungi orang lain dalam kelompok rentan.
Prof Wiku menambahkan, perilaku sehat dan bersih juga wajib dijaga. Dalam artian, selain memakai masker dan taat protokol kesehatan maka masyarakat wajib menjaga higienitas lingkungan dan imunitas tubuh. Apalagi saat ini muncul penyakit baru seperti hepatitis misterius dan monkey pox sehingga masker bisa menghalangi penularannya.
Kelompok rentan seperti balita, lansia, dan komorbid selalu ada di lingkungan masyarakat. Untuk melindungi mereka, apalagi jika belum divaksin karena faktor usia atau penyakit bawaan, maka sebaiknya masyarakat tetap memakai masker. Bawa juga masker cadangan karena selembar masker hanya efektif dikenakan selama 4 jam.
Protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak masih perlu dilaksanakan. Walau ada pembolehan untuk tidak mengenakan masker ketika berada di luar ruangan tetapi sebaiknya tetap memakainya guna menghindari penularan virus dan bakteri berbahaya.
Alfisyah Dianasari, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews