Kekerasan verbal ini hanya selangkah saja akan menjadi kekerasan fisik.
Dalam sebuah debat di TV tentang pengeroyokan terhadap Ade Armando antara Islah Bahrawi dan seorg pengacara, tercetus ucapan si pengacara "justru Ade Armando adalah pelaku kekerasan verbal". Ini pernyataan yang menyesatkan karena pengertian "kekerasan verbal" bukan seperti itu.
Untuk mendapat pengertian yang benar tentang kekerasan verbal (verbal violence) saya kutip dari Wikipedia sbb:
Verbal abuse (also known as verbal aggression, verbal attack, verbal violence, verbal assault, psychic aggression, or psychic violence) is a type of psychological/mental abuse that involves the use of oral language, gestured language, and written language directed to a victim. Verbal abuse can include the act of harassing, labeling, insulting, scolding, rebuking, excessive yelling towards an individual. It can also include the use of derogatory terms, the delivery of statements intended to frighten, humiliate, denigrate, or belittle a person. It is an act of abuse where the abuser attacks the self-concept of the victim, decreasing the self-confidence of the victims and making them feel powerless. These kinds of attacks may result in mental and/or emotional distress for the victim. Verbally abusing or attacking another is a maladaptive behavior that can be occasionally displayed by anyone, especially during stressful times or times when one is experiencing significant physical discomfort. It can also be used as a defensive mechanism when an individual feels like they are being attacked by another individual, or as a method of achieving vengeance on an individual. However, verbal abusive behaviors can also be used to intentionally manipulate others.
Agak sulit saya menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang pas, tetapi intinya kekerasan verbal adalah serangan mental/psikis berbentuk ujaran (oral) yang merendahkan, menghina, mencaci dan dengan nada suara yang menghardik (excessive yelling).
Saya mau menggarisbawahi "excessive yelling" ini, karena menurut saya inilah faktor yang sangat menonjol pada kekerasan verbal. Bagaimana perasaan Anda kalo ada seseorg berbicara dengan volume suara yang sangat keras dan menggelegar? Nadanya meninggi dan berapi-api. Istilah kekinian ujaran yang toksik. Pasti timbul perasaan yang tidak nyaman, karena normalnya orang berbicara dengan volume suara yang kalem. Dan inilah unsur yang menonjol dari suatu kekerasan verbal itu.
Pernahkah Anda mendengar suara HRS atau Bahar Smith waktu berorasi? Inilah contoh kekerasan verbal.
Bagaimana dengan orasi Ahok? Ini pun juga kekerasan verbal.
Orang sering berbicara tentang KDRT seolah-olah cuma menyangkut kekerasan fisik (suami suka memukul atau menggampar istrinya), padahal dibentak-bentak dengan volume suara keras dan meninggi pada hakekatnya adalah bentuk kekerasan juga.
Saya baru saja menonton konten youtube Natasya dan Robby Shine. Natasya adalah wanita Rusia dan diperistri oleh Robby Shine yang orang Indonesia keturunan India. Karena Natasya orang Rusia maka bahasa Indonesianya belepotan. Dan inilah yang bikin kelucuan dalam konten itu. Dipadu dengan suaminya yang berlogat Medan memang terasa lucu banget.
Tetapi setelah saya menonton beberapa episode mereka, saya merasa tidak nyaman. Si Robby Shine yang tinggi besar hitam ini suka sekali membentak, menghardik istrinya dengan suara keras. Saya tahu bahwa demi kelarisan konten mereka, mungkin itu cuma pura-pura saja. Istilahnya cuma settingan skenario saja.
Tapi tetap saja tidak baik khususnya buat penonton generasi muda. Seolah-olah suami menghardik mengata- ngatain istrinya "bodoh", memukul meja atau kursi keras-keras kalo si istri salah ucap bahasa indonesia adalah hal yang normal dalam kehidupan rumah tangga.
Anda lihatlah episode Robby Shine mengajar istrinya Natasya Shine menyanyikan lagu Gebyar Gebyar. Hilang sudah kesan lucu pada benak saya, karena begitu vulgar dan brutalnya si suami melakukan kekerasan verbal terhadap istrinya.
Apakah dalam dunia nyata si Robby Shine juga suka melakukan kekerasan verbal kepada istrinya?
Bisa ya bisa tidak. Tapi itu tidak penting, yang jelas dia telah menularkan budaya kekerasan verbal khususnya kepada penonton-penonton youtube yang muda belia. Kekerasan verbal ini hanya selangkah saja akan menjadi kekerasan fisik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews