Bagi kami di Prisma, pak Ong bukan saja penulis 'langganan', dia juga sering ikut dalam rapat-rapat redaksi, ikut brainstorming membahas rencana topik-topik penerbitan Prisma.
Setelah lama ditunggu, akhirnya terbit juga buku biografi Onghokham karya Prof. David Reeve, TO REMAIN MYSELF: THE HISTORY OF ONGHOKHAM. Buku biografi dari sosok yang 'colourful' ini baru saja diterbitkan National University of Singapore (NUS Press, Mei 2022).
Dr. Onghokham (1933 - 2007) dikenal luas sebagai sejarawan dan ilmuwan sosial kritis, juga penulis yang produktif. Tapi dia juga memiliki banyak sisi lain yang unik dalam pribadinya. Jago masak, senang pesta, penikmat hidup yang cenderung 'bohemian'.
Bagi kalangan sejarawan, Pak Ong (panggilan akrabnya) dianggap salah satu penerus begawan sejarah Prof. Sartono Kartodirdjo sebagai perintis pendekatan baru yang multidimensional dalam historiografi Indonesia.
Setelah meraih Ph. D dengan disertasi 'The Residency of Madiun: Priyayi and Peasant in the 19th Century' (Yale University, 1975), Ong sudah menulis beberapa buku dan menghasilkan begitu banyak tulisan di berbagai jurnal ilmiah, media massa, termasuk di Jurnal Prisma (LP3ES).
Bagi kami di Prisma, pak Ong bukan saja penulis 'langganan', dia juga sering ikut dalam rapat-rapat redaksi, ikut brainstorming membahas rencana topik-topik penerbitan Prisma.
Bulan November 2017 Pak David Reeve bertemu saya, kami berdiskusi tentang pengalaman dan kesan saya terhadap Pak Ong selama berinteraksi di Prisma.
Terbitnya buku biografi ini tentu merupakan sumbangan penting tidak saja tentang kehidupan pribadi Pak Ong yang 'colourful', tapi sekaligus juga penting sebagai bagian dari sejarah pemikiran dan sejarah intelektual Indonesia.
Tentu, ditunggu segera penerjemahan dan penerbitan edisi Indonesia buku biografi ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews