Merpati yang dijual itu selang sebulan kemudian sudah berada di atas genting rumah.
Merpati atau Doro (Jawa) sering menjadi simbul kesetiaan dari sebuah hubungan cinta kasih anak manusia yang sedang dimabuk asmara atau sedang kasmaran. Merpati menjadi perlambang kesetiaan dengan jargon hanya kematian yang bisa memisahkan.
Begitu juga orang yang sedang berumah tangga ingin seperti Merpati hanya maut yang bisa memisahkan. Tentu ini sebuah harapan atau doa.
Seperti kita ketahui Merpati adalah jenis burung yang setia dan baru mencari pasangan lain kalau salah satunya mati atau dipisahkan dengan bantuan tangan manusia. Maksudnya diganti pasangannya atau sengaja dipisahkan.
Merpati bertelur hanya dua. Kalau ada Merpati bertelur satu atau tiga pasti ada sesuatu yang tidak beres. Tapi berdasarkan pengalaman pribadi belum pernah terjadi. Dan telur yang netes itu selalu berpasangan atau jantan dan betina. Yang netes duluan jantan. Kedua induk baik jantan atau betina selalu bergantian dalam mengerami. Begitu juga waktu "ngeloloh" atau memberi makan piyiknya selalu bergantian.
Karena ada jenis burung yang mengerami itu hanya betinanya saja, seperti Kenari atau jenis burung lainnya.
Merpati juga tahu kemana arah pulang tidak seperti manusia yang kadang tidak tahu arah pulang. Entah mampir ke istri yang mana atau demenan yang mana.
Saya waktu SD biasa menjual merpati ke Pasar Pengging Boyolali yang jaraknya 10 km lebih dari rumah dengan naik sepeda. Pasar ini bukanya hanya setiap pasaran Wage dan Paing seperti umumnya pasar di Jawa. Tapi itu dulu.
Dan zaman itu harga merpati sepasang hanya Rp.1,500. Kalau merpati keplek atau merpati balap yang biasa jantannya nempel di betina harganya Rp.20,000 atau 25,000.
Nah, merpati yang dijual itu selang sebulan kemudian sudah berada di atas genting rumah. Warnanya coklat atau gambir kalau di Jawa dan jambul di kepala.Kasus seperti ini sudah biasa atau umum.
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews