Kamus Oxford menjadikan post-truth sebagai “Word of the Year” 2016. Berdasarkan keterangan editor, jumlah penggunaan istilah ini di tahun 2016 meningkat 2000% bila dibandingkan 2015.
"Berita palsu hanyalah gejala. Penyakit sesungguhnya adalah berkurangnya keinginan mencari bukti, mempertanyakan sesuatu dan berpikir kritis" -Davis Kushner.
Adalah era ketika perdebatan ttg kebenaran lebih mengutamakan emosi dan keluar dari inti kebenaran itu sendiri. Adalah era tatkala kebenaran dibangun di atas fondasi kebohongan dan hoaks yang terus-menerus dinarasikan yang kemudian dianggap dan diyakini sebagai sebuah kebenaran.
Di era ini, fakta tidak lagi terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Di era post-truh ini, fakta, realitas, kebenaran tidak lagi menjadi otoritas mutlak kalangan intelektual yang lahir dari dan diproduksi oleh tradisi universiter yang sangat ketat dan canggih.
Fakta, realitas, kebenaran kata bang Berger & Luckmann adalah hasil "konstruksi sosial yang dibangun di "ruang-ruang sosial" melalui proses-proses sosial, dimana individu atau sekelompok individu dapat menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Kelahiran era post-truth ini memperoleh momentum yang tepat dengan maraknya penggunaan media-media sosial oleh publik dari semua strata sosial.
Medsos telah memungkinkan produksi, reproduksi dan elaborasi opini, narasi (atau apalah namanya) dengan konten bohong atau hoaks terdistribusi secara terstruktur, masif, sistematis, dan ... brutal (TMSB)...bisa menjelma menjadi fakta, kebenaran.
Cilakanya, dan karenanya tidak aneh, jika kemudian, ta'dzim atas klaim post-truth ini tidak hanya muncul di kalangan #awaM (yang memang cenderung bermain di wilayah emosi tanpa kritisi), tetapi juga mewabah hingga kalangan #awaN, kelompok terdidik yang sering mengklaim diri sebagai pemilih sah tradisi intelektual yang agung.
Baca Juga: "Post-Truth" di Masa Pandemi
Hanya satu kelompok yang tak terpengaruh atas klaim post-truth ini, yaitu mereka yang oleh Rendra disebut "yang berumah di angin" atau yg oleh penganut islam nusantara disebut "kelompok langitan", yang tetap kukuh dan konsisten pada #akal_baik serta pada tradisi murni kecendekiaan dan keulamaan.
Kamus Oxford menjadikan post-truth sebagai “Word of the Year” tahun 2016. Berdasarkan keterangan editornya, jumlah penggunaan istilah tersebut di tahun 2016 meningkat 2000% bila dibandingkan 2015.
Sebagian besar penggunaan istilah post-truth merujuk pada dua momen politik paling berpengaruh di tahun 2016: keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
***
Tautan:
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews