Literasi kepada masyarakat terkait dengan kebencanaan harus terus-menerus ditingkatkan yang dimulai dari keluarga, melakukan simulasi bencana secara rutin di daerah-daerah yang rawan bencana.
Indonesia masuk dalam 35 negara paling rawan risiko bencana di dunia. Dari Februari 2020 sampai Februari 2021 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sedikitnya ada 3.253 bencana di Indonesia, dari bencana hidrometeorologi hingga bencana geologi.
Karena itu, dalam Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2021 di Jakarta, hari ini saya kembali mengingatkan agar dalam mengurangi risiko, aspek pencegahan dan mitigasi bencana harus diutamakan.
Pemerintah memang sudah memiliki Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020-2024 tetapi kita tidak boleh berhenti dengan rencana besar dalam jangka panjang saja. Yang paling utama adalah pelaksanaannya.
Misalnya, standar bangunan tahan gempa fasilitas umum dan fasilitas sosial, harus dikawal dan diikuti dengan audit ketahanan bangunan agar sesuai dengan standar.
Kedua, kebijakan yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir, tidak ada yang namanya ego sektoral dan ego daerah dalam penanganan bencana. Semuanya saling mengisi, saling menutupi. Ketiga, manajemen tanggap darurat serta kemampuan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi yang cepat.
Terakhir, edukasi dan literasi kepada masyarakat terkait dengan kebencanaan harus terus-menerus ditingkatkan yang dimulai dari keluarga, melakukan simulasi bencana secara rutin di daerah-daerah yang rawan bencana, agar warga semakin siap menghadapi bencana.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews