Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilanggar oleh banyak orang dan muncul wacana untuk melonggarkan PSBB. Masyarakat pun diminta untuk tetap mentaati PSBB mengingat kebijakan itu terbukti berdampak pada perlambatan atau pengurangan kasus infeksi.
PSBB dijalankan beberapa waktu ini dan masyarakat diharap jaga jarak dan tidak keluar rumah untuk sementara waktu. Sayangnya, aturan ini hanya dijalankan sebentar saja. Di akhir bulan ramadhan, pusat perbelanjaan yang sebelumnya nyaris tak ada pengunjungnya, kini mulai ramai lagi.
Masyarakat berbondong-bondong pergi ke sana untuk membeli baju baru yang akan dikenakan di Hari Raya Idul Fitri. Tradisi tahunan ini tetap dijalankan walau kita masih berada di tengah pandemi Covid-19 dan masyarakat sepertinya tidak takut akan terkena penyakit corona. PSBB pun dilanggar hanya demi selembar pakaian baru.
Kondisi ini membuat banyak orang merasa miris. Haruskah aturan PSBB diambrukkan hanya demi baju baru? Lagipula, sekarang untuk belanja bisa dilakukan lewat online shop maupun marketplace. Harganya juga cukup bersaing dan bahkan variasinya jauh lebih banyak daripada yang dijual di dalam Mall.
Selain mall, di supermarket juga dijubeli oleh banyak pembeli yang akan menyiapkan menu lebaran. Kalau sudah begini, tiada lagi PSBB karena masyarakat yang susah diatur. Padahal aturan ini demi keselamatan kita sendiri. Apalagi jika mereka lalai, tidak memakai masker dan kurang menjaga higienitas, akan lebih rawan tertular penyakit corona.
Kondisi supermarket yang ramai ini akhirnya membawa korban. Seorang kasir supermarket di Medan positif terjangkit virus Covid-19. Semua pegawai lain akhirnya diwajibkan ikut rapid test agar tahu bahwa ia kena corona atau tidak. Sedangkan masyarakat yang pernah belanja ke supermarket tersebut juga ketar-ketir, bagaimana jika ia juga dihinggapi oleh virus covid-19?
Kalau sudah begini, maka yang ada hanya penyesalan belaka. Masyarakat yang takut tertular tapi tidak mau melakukan rapid test di Rumah Sakit, bisa berpotensi menyebarkan virus ke seluruh keluarganya. Kapan pandemi covid-19 akan berakhir jika keadaannya terus seperti ini? Seharusnya semua orang taat aturan dan melakukan PSBB dengan senang hati.
Apakah harus melakukan tindakan ekstrim agar kerumunan di supermarket dan Mall langsung bubar? Seperti yang dijalankan di sebuah tempat di Papua, ketika ada orang-orang yang berkumpul, maka petugas tanpa babibu langsung menyemprot dengan water canon.
Bukankah seharusnya kita sadar bahwa PSBB ini akan mengurangi penyebaran corona? Maka harus dilakukan dengan ikhlas.
PSBB yang dilakukan di jalan juga membuat orang yang akan mudik menggerutu. Mereka nekat ingin pulang kampung lalu melakukan trik agar bisa lolos dari kejaran petugas. Di antaranya, keluarga yang akan mudik masuk dahulu ke sebah mobil, lalu mobil itu diangkut ke dalam sebuah truk yang ditutup oleh terpal. Jadi seolah-olah mengangkut barang ke luar kota, padahal tidak. Modus operandi ini sudah pernah tertangkap oleh pihak berwajib.
Jika tertangkap, maka konsekuensinya berat. Selain disuruh putar balik, maka orang-orang itu harus didenda dan nominalnya cukup bear, mulai dari 500.000 rupiah. Mereka juga harus melakukan isolasi mandiri dan jika kondisi rumahnya kurang memadai maka harus dikarantina.
Di beberapa tempat, rumah untuk karantina kondisinya sangat mengenaskan karena jarang dihuni sehingga terkesan suram. Mereka harus menempatinya selama 2 minggu, dalam bayang-bayang ketakutan. Apakah Anda mau juga melakukannya karena melanggar aturan PSBB? Tentu jawabannya tidak.
Taatilah aturan PSBB dan sabarlah untuk beraktivitas di rumah saja. Peraturan ini dibuat bukan karena gengsi, melainkan demi keselamatan bersama. Jika semua orang tertib, maka corona akan segera pergi dan kita bisa beraktivitas dengan normal kembali.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews