Kalo dokter sudah pakai APD level 3 yang ketat begitu masih bisa tertular juga, lantas kita harus bagaimana?
Ada dua berita kematian akibat covid-19 termutakhir yang menimbulkan kegamangan menakutkan. Yaitu tentang driver ojol yang kecelakaan dijambret, dirawat di RS dan meninggal dalam status positif covid-19 dan dokter Miftah Fawzy seorang residen spesialisasi penyakit dalam yang meninggal dengan status positif covid-19. Kedua insiden ini berlokasi di Surabaya.
Mengapa saya sebut kegamangan yang menakutkan? Karena ini menunjukkan betapa tak berdayanya kita menghadapi virus corona baru ini. Kita seperti berjalan di lorong gelap gulita yang panjang dan berkelok-kelok.
Kasus pertama, driver ojol perempuan yang mengalami kecelakaan akibat dijambret. Pemeriksaan radiologi yang bersangkutan mengalami multi fracture (patah tulang di beberapa tempat), tapi tak disebut di situ apakah juga mengalami gegar otak. Rapid test negatif.
Pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan menunjukkan gambaran "ground glass opacity" pada paru-paru. Paru-parunya berwarna putih seperti taburan pecahan gelas yang digerus. Artinya pasien sudah terkena pneumonia. Dan kesimpulan lanjutan pasien pasti positif covid-19.
Tiga hari setelah dirawat pasien meninggal dan rencananya akan dimakamkan dengan protokol covid-19. Rekan-rekan ojol marah karena tidak percaya akan penetapan covid-19 ini dan mengambil paksa jenazah dari pihak RS.
Yang menjadi pertanyaan besar di sini adalah KAPAN yang bersangkutan tertular covid ini? Apakah tertular waktu sedang menjalankan pekerjaannya sebagai driver ojol atau tertular wakty yang bersangkutan dirawat di RS yang dinamakan dengan "nosokomial"?
Kalo semisal yang bersangkutan sudah terkena covid waktu kejadian penjambretan, mengapa yang bersangkutan masih bisa menjalankan pekerjaan sehari-harinya sabagai driver ojol? Kalo yang bersangkutan tertular covid saat dirawat di RS (nosokomial), kenapa proses penyakit ini sedemikian cepatnya? Hanya dalam waktu 3 hari sudah masuk ke pneumonia dan meninggal?
Kasus kedua, dokter Miftah Fawzy juga menimbulkan kegamangan. Sebagai residen penyakit dalam, beliau memang menangani pasien covid-19 di RS. Tapi saya sangat yakin, beliau pasti menggunakan APD level 3 lengkap di dalam menangani pasien-pasien covid. Lantas kenapa bisa tertular covid juga? Bukan cuma tertular dengan gejala ringan (yang bisa diatasi dengan isolasi mandiri), tapi berakhir dengan kematian. Umur beliau 34 tahun.
Inilah yang saya sebut dengankegamangan yang menakutkan tadi. We're completely in the dark facing this monsterous corona virus. Kalo dokter sudah pakai APD level 3 yang ketat begitu masih bisa tertular juga, lantas kita harus bagaimana? Bisa-bisa nanti semua dokter tidak ada yang bersedia menangani pasien covid karena taruhan nyawanya begitu besar.
Demikian pula dengan orang-orang yang menderita sakit atau kecelakaan pasti akan takut berobat ke RS, karena masuk RS berarti dapat tambahan (bonus) penyakit covid-19 sehingga mempercepat kematian.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews