Antara Italia dan Badai Virus Corona: Sebuah Kesaksian dari Fr. Vian Nana, SDV

di tengah badai ini, satu ajakan untuk kita semua ; marilah kita bertabah, bertekun dan bersatu dalam doa. Sebab hanya dengan doa kita mampu mengubah dunia.

Minggu, 22 Maret 2020 | 06:54 WIB
0
4614
Antara Italia dan Badai Virus Corona: Sebuah Kesaksian dari Fr. Vian Nana, SDV
Fr. Vian Nana,SDV, tinggal di Italia

Jumlah kematian di Italia yang di sebabkan oleh Virus Corona sebagaimana dihimpun oleh salah satu media di Italia, La Repubblica, hingga kini Sabtu, 21 Maret terdaftar sebanyak 4,032 orang dari total 47,021 kasus. Berdasarkan informasi ini, Italia meningkat menjadi negara urutan kedua di dunia yang meninggal terbanyak karena kasus Covid-19. 

Sejauh ini kebijakan pemerintah Italia telah menetapkan beberapa aturan demi mencegah penyebarannya, misalnya, penutupan sekolah, gereja, stadion, bioskop, bar, restoran dan pertokoan lainnya yang terhitung dari 5 Maret sampai 3 April 2020.

Adapun hal-hal teknis yang dianjurkan untuk menghindari penularan Covid-19 misalnya, dilarang berjabat tangan dan menghindari situasi yang ramai. Untuk menjaga kesehatan dan agar daya tahan tubuh tetap kuat, dianjurkan untuk sering mencuci tangan, menggunakan masker dan sarung tangan saat bepergian dan makan makanan yang bergizi. 

Beberapa hal yang di atas sementara terjadi di Italia saat ini. Singkatnya saat ini aktivitas umum di Italia untuk sementara dihentikan. Dengan kebijakan ini, membuat negara Italia kelihatan sepi bagaikan kota mati ; tidak ada yang melakukan perjalanan entah itu jalan kaki maupun berkendaraan tanpa surat izin dari pemerintah.  Italia yang biasanya menjadi kota favorit berziarah, kini semuanya sepi.

Jika sampai melanggar aturan ini maka yang bersangkutan akan dikenakan denda sebanyak €200 (euro).   Kebijakan ini menuntut masyarakat Italia dirumahkan ; mengurung diri di rumah masing-masing demi kesehatan dan keselamatan bersama. 

Peristiwa Covid-19 memberi inspirasi bagi seorang pemuda Italia bernama Giuliano Sangiorgi untuk menciptakan sebuah lagu yang berjudul Restiamo a Casa “Kita tinggal di rumah”. Sebuah lagu yang diciptakan untuk menghindari keramaian dan untuk melawan ketakutan terhadap Virus Corona. 

Situasi di Italia yang dibilang sunyi seyap tidak membuat banyak orang kehilangan ide. Banyak orang terutama kaum biarawan-biarawati memanfaatkan kesempatan ini untuk merefleksikan situasi batas ini dengan berdoa, beradorasi dan bermeditasi. 

Mengutip sebuah doa yang didaraskan oleh P. Lukas Nurak, OFM, asal Maumere-Flores (salah satu pelayan/custode di Basilica San Antonio Padova) : “Tuhan, kalau semua kejadian ini adalah rencana dan kehendak-Mu atas diri kami, maka aku dan semua umat-Mu akan menerima dan menanggungnya dengan senang hati, tetapi bila ini semua adalah rencana dan kehendak setan dan roh-roh jahat, maka kami mohon dengan Darah Yesus Putera-Mu yang Maha Kuasa dan Maha Kudus, lenyapkanlah Virus Corona ini dan sembuhkanlah kami.

Bungkuslah kami semua dengan darah Kudus-Mu dan penuhilah kami dengan Roh Kudus-Mu”. Inilah sebuah doa yang tentu menginspirasi kita semua untuk menjadikan momen ini untuk merenungkan kembali sikap dan perbuatan kita di hadapan Tuhan. 

Mengapa sampai badai ini memenuhi seluruh dunia dan menimpa kita? Tentu pertanyaan ini menggugat kita semua untuk mempertanyakan diri kita di hadapan Tuhan. Siapakah saya selama ini di hadapan Tuhan? Apakah hal-hal yang saya lakukan selama ini berkenan kepada Tuhan atau tidak? Serentak di masa prapaskah ini, virus corona hadir sebagai satu teguran bagi kita, bagaimana sikap keberdosaan kota selama ini di hadapan Tuhan. 

Mungkin selama ini kita terlampau bereforia dengan hal-hal duniawi, sehingga inilah momennya untuk kita lebih banyak berdiam di rumah bersama Tuhan. Tuhan memang dalam KesendirianNya, Ia lebih banyak berbicara kepada kita. 

Marilah kita memaknai situasi ini untuk selalu bersama dengan Tuhan dalam doa. Doa hendaknya menjiwai kita sebagaimana kita bernapas. Seperti yang diungkapkan oleh seorang filsuf Denmark, Søren Kierkegaard “doa adalah pernapasan jiwa”.

Berdoa berarti bernapas, jika sebaliknya maka yang ada adalah kematian. Oleh karena itu di tengah badai ini, satu ajakan untuk kita semua ; marilah kita bertabah, bertekun dan bersatu dalam doa. Sebab hanya dengan doa kita mampu mengubah dunia.  

Penulis: 

Fr. Vian Nana, SDV;  Frater calon imam Vocationist; tengah studi teologi di Universitas San Luigi Napoli, Italia.