Salafi yang Saya Tahu

Semoga bukan salafiyyin yang membuat dan menyebarkan. Kalaupun iya, saya tidak paham metode pengajaran seperti apa yang diajarkan para gurunya

Rabu, 18 September 2019 | 16:16 WIB
0
638
Salafi yang Saya Tahu
Perempuan bercadar (Foto: Youtube.com)

Saya sebenernya ingin banyak sharing tentang Aqidah Salaf yang pernah saya pelajari, manhaj yang membuat saya jatuh cinta dan memutuskan untuk berjalan di sana, setelah wara wiri mempelajari berbagai mazhab yang lainnya..

Setidaknya apa yang saya pelajari tidak seperti yang mayoritas orang Indonesia pahami atau bahkan praktekkan.

Selain ilmu Tauhid, kami juga belajar ilmu fiqh, ushul fiqh, perbandingan mazhab, dst..

Dua contoh saja, pertama, saat guru kami menerangkan dalil-dalil tentang hukum rokok adalah haram, beliau juga menerangkan hukum lainnya seperti makruh, dan mencontohkan negeri yang mengamininya misalnya Indonesia..

Kedua, tentang hukum batasan aurat bagi wanita. Ada 3 pendapat ulama berkenaan dengan itu, seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali tangan & wajah (keumuman pendapat yang diamini di Indonesia), kecuali mata (cadar/niqab), dan tanpa kecuali (burqa).

Teman kelas saya yang seorang Pakistani, yang kemudian hari memutuskan memakai cadar, bertanya pada saya, "kenapa kamu memilih tidak menggunakan cadar ?"

"Karena di Indonesia, wajah wanita tidak terlalu menjadi fitnah bagi ajnabi (non mahram). Saya merasa safe saja ke mana-mana di sini. Beda lagi ketika di Saudi, saya tidak merasa nyaman dipandangi laki-laki Saudian dengan tatapan demikian rupa. Saya tidak merasa aman dan merasa wajah saya menimbulkan fitnah bagi ajnabi. Laki-laki kami tidak demikian." (Kedengeran sedikit stereotyping, tapi demikian realitanya).

"Kamu sendiri mengapa memilih cadar?" Saya balik bertanya pada teman Pakistani ini.

"Karena mencari yang paling safe. Kita tidak pernah tahu, pendapat ulama mana yang paling benar di mata Allah. Jika di akhirat Allah memberitahu cadar yang paling benar, I'm safe."

"Ah logikamu benar juga. Tapi kenapa tidak sekalian memilih burqa?" saya makin penasaran dengan cara berlogikanya..

"Karena sama dengan alasanmu. Burqa itu terlalu lebay. Menutup wajah kecuali mata, sudah cukup untuk menghindari fitnah."

Dan somehow saya gembira mendengar jawabannya.

Jawaban serupa juga saya dapatkan dari teman Kashmiri, Indian dan Saudian. Dan sangat make sense sekali, pilihan yang mereka ambil.

Saya yang muka rata-rata wajah Asia Tenggara saja (hidung mancung ke dalam, mata sipit harus dibantu eyeliner, alis baru kelihatan dengan bantuan pensil alis) masih dibuat tidak nyaman oleh tatapan lelaki Arab, apalagi teman-teman dari Arab, Pakistan dan India, yang kecantikannya masya Allah.

Mungkin sebelum mengenakan cadar mereka sudah sering mengalami kejadian yang lebih-lebih sangat kurang nyaman di kehidupan sehari-hari mereka. Apalagi lelaki India, terkenal tukang merayu di inbox-inbox, saya sering mengalaminya haha...

Itu hanya 2 contoh bagaimana saya mengenal Manhaj Salaf tanpa sistem doktrinisasi sama sekali, seperti yang dikenal oleh keumuman masyarakat Indonesia. Guru saya mengajar dengan metodologi sebagaimana keumuman kurikulum yang ada di lembaga pendidikan agama.

Dan bagaimana kami sebagai murid, mengamininya dengan tetap beragama dengan #logika (mungkin yang pada fiqh Imam Syafi'i dikenal sebagai qaul jadid & qaul qodim ).

Semoga next time bisa sharing lebih banyak lagi tentang Salafy yang saya tahu...

Yang jelas saya tidak mengenal metode dakwah semacam pada gambar. Semoga bukan salafiyyin yang membuat dan menyebarkan. Kalaupun iya, saya tidak paham metode pengajaran seperti apa yang diajarkan para gurunya (di Indonesia?).

Btw, guru-guru saya adalah warga KSA & UEA .

***