Saat ini bukan gereja yang menggugat ilmu pengetahuan namun para politisi dan pendukungnya yang melawan siapa saja yang dianggap menggangu kepentingannya.
Saat ini kita seperti memasuki era kecurigaan di hampir semua lini. Para peneliti atau bahkan hasil ilmu pengetahuan yang diproduksi tak luput dari sasaran kecurigaan. Demi kepentingan politik, upaya delegitimasi terhadap dunia ilmiah terjadi.
Saat ini, hasil penelitian ilmiah menjadi sasaran kecurigaan oleh pihak-pihak tertentu hanya karena hasil penelitian itu tak sesuai dengan harapan atau kepentingan politik.
Kecurigaan itu diekspresikan melalui pertanyaan pertanyaan seperti: "Untuk kepentingan siapa penelitian itu dilakukan? Siapa yang mendanai?"
Pertanyaan pertanyaan seperti ini sebenarnya mengarah pada pandangan bahwa tak ada kerja ilmiah yang bisa dipercaya karena semua tergantung pada siapa yang membiayai. Para peneliti tak lebih sebagai "orang bayaran" yang dapat menghasilkan apa saja sesuai pemesannya. Seolah-olah para peneliti tak memiliki integritas ilmiah yang dipegang teguh karena kaidah-kaidah ilmiah objektif peneliti semua bisa beli.
Uang dilihat sebagai penentu utama. Tanpa menutupi adanya akademisi yang melacurkan diri, tapi pandangan seperti ini cenderung "gebyah uyah."
Anehnya, di tengah munculnya ancaman ini, ada sebagian akademisi sendiri yang seakan-akan ikut arus menyetujui dan bahkan menjadi bagian penggempur melawan dunianya sendiri. Hasil ilmu pengetahuan yang selama ini diyakini sebagai hasil kerja objektif digugat oleh kelompok akademisi ini.
Ada gejala kontaminasi politik di kalangan orang-orang terdidik sendiri. Akibatnya, seringkali muncul gugatan-gugatan dari kalangan akademisi sendiri yang tak berdasarkan argumen ilmiah, tetapi lebih pada argumen politik yang penuh kecurigaan.
Orang orang terdidik menjadi terlihat ikut-ikutan bertindak irasional dan mengabaikan landasan ilmiah. Sungguh menyedihkan.
Semua yang terjadi ini, jangan jangan merupakan kebangkitan kekuatan baru kelompok tertentu yang melawan ilmu pengetahuan, sebagaimana dulu pernah terjadi di jaman pertengahan Eropa. Dunia gereja berhadapan dengan dunia ilmiah.
Hanya saja, saat ini bukan gereja yang menggugat ilmu pengetahuan namun para politisi dan pendukungnya yang membabi buta melawan siapa saja yang dianggap menggangu kepentingannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews