Jangan hanya fanatik dan mengartikan Islam sempurna dengan arti bahwa Islam itu statis seperti zaman Nabi. Padahal Islam sempurna justru karena bisa diterapkan di mana saja dan kapan saja.
Ada orang yang suka ungkit-ungkit bahwa Singapura dulu negara Melayu dan sekarang dikuasai pendatang. Atau misalnya suka bilang bahwa Spanyol dulu pernah dikuasai Islam.
Menurut saya, mereka yang suka memamerkan masa lalu seperti itu adalah orang-orang yang tak bisa move on.
Itu seperti fans MU yang sukanya cuma ngomongin zaman Sir Alex.
Ada juga yang suka mengungkit bahwa Islam dulu pernah mendominasi ilmu pengetahuan dunia.
Orang-orang itu semacam terjebak di romantisme zaman dulu yang terlihat lagi bingung bagaimana caranya bisa mengembalikan kejayaan yang dia banggakan.
Orang-orang seperti itu harusnya sadar bahwa Islam saat ini "terlihat" tertinggal itu justru karena orang-orangnya mayoritas seperti mereka yang memperburuk citra Islam.
Saat itu Islam bisa berkembang justru karena pemikirannya terbuka sehingga bisa bersaing di urusan dunia.
Dan misalnya muslim saat ini ngotot mau membawa peradaban dunia ke peradaban di zaman Nabi Muhammad SAW dengan cara meniru segala sesuatu secara mutlak seperti zaman Nabi, konsep seperti akan sulit diterima logika manusia sekarang.
Jika seperti itu, Islam bisa terlihat usang.
Bayangkan saja, saat zaman sudah berkembang seperti sekarang ini, ada yang masih ngotot akan mengembalikan dunia ke zaman khilafah yang tak mengenal sistem negara. Logikanya ditaruh mana? Punya mindset seperti itu kok berharap Islam bisa maju?
Ditambah seringnya penceramah yang mengatakan bahwa saat ini adalah akhir zaman. Mereka percaya kiamat sudah dekat.
Bagaimana mungkin umat Islam bisa berpikir visioner jika mindsetnya sudah dimatikan dengan menganggap dunia sebentar lagi kiamat?
Bagaimana mungkin umat Islam bisa berpikir visioner jika tak bisa memilah mana ajaran agama dan mana budaya?
Islam pernah menguasai ilmu pengetahuan karena muslim saat itu "mengembangkan" budaya yang ditunjukkan Nabi, bukan meniru persis apa yang dilakukan Nabi.
Kenapa saat ini kita punya arsitektur Islam? Apakah pencipta arsitektur Islam itu adalah Nabi? Jelas tidak.
Muslim zaman dulu bisa menciptakan karakter "arsitektur Islam" itu karena mereka tahu untuk urusan dunia mereka tak harus sama persis dengan yang dilakukan Nabi.
Apakah saat mereka mau bangun masjid merasa harus sama dengan masjid Nabi yang beratapkan pelepah kurma?
Banyak hal yang sekarang kita sebut budaya Islam, juga bukan ciptaan Nabi.
Mereka berpikir visoner dalam urusan dunia. Itulah kenapa mereka maju.
Saat itu muslim bisa maju juga karena tak dijejali mindset bahwa kiamat sebentar lagi.
Mereka menciptakan budaya baru yang melingkupi banyak hal karena mereka menatap masa depan, bukan terjebak masa lalu.
Sekarang Anda ingin Islam maju? Jangan terjebak kejayaan masa lalu. Pandanglah ke depan.
Jangan hanya fanatik dan mengartikan Islam sempurna dengan arti bahwa Islam itu statis seperti zaman Nabi. Padahal Islam sempurna justru karena bisa diterapkan di mana saja dan kapan saja.
JIKA dalam berargumen masih pakai kata-kata seperti: "POKOKNYA PENDAPAT SAYA BENAR", "AJARAN ISLAM ITU SEMPURNA, KHILAFAH KUNCINYA", "INI BUMI ALLAH, HARUS IKUT HUKUM ALLAH", maka Anda tak siap berdiskusi.
Jika tak siap berdiskusi, bagaimana bisa berdakwah untuk mengembalikan kejayaan Islam?
Mari kita move on. Jangan cuma bisa banggakan masa lalu tapi berpikir sempit saat membicarakan masa depan. Kita tak bisa maju hanya memamerkan kehebatan masa lalu tanpa mau berkaca dan memperbaiki diri.
Move on-lah. Jangan seperti pendukung MU yang lebih memilih nonton berulang-ulang pertandingan lama di Youtube daripada sedih lihat pertandingan siaran langsung yang hasilnya masuk Liga Champion pun tidak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews