Pemerintah terus mensosialisasikan protokol kesehatan karena kita masih menjalani puasa di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat mendukung sosialisasi tersebut karena sadar bahwa Prokes harus tetap ditegakkan demi keselamatan bersama.
Bulan Ramadhan telah tiba dan sudah saatnya kita berpuasa. Ini adalah ketiga kalinya kita menjalankan Ramadhan di tengah pandemi. Tentu ada beberapa penyesuaian sehingga umat bisa berpuasa dan melakukan ibadah lain dengan aman tanpa takut resiko kena Corona.
Oleh karena itu pemerintah mensosialisasikan protokol kesehatan (Prokes) agar Ramadhan berlangsung dengan lancar.
Prokes memang harus ditegakkan walau keadaan relatif aman. Saat ini pasien Corona stagnan, tidak lebih dari 10.000 orang per harinya. Namun semua harus taat Prokes karena kita berharap puasa aman tanpa kena Corona.
Penyebabnya karena jika terinfeksi virus Covid-19 maka terpaksa membatalkan puasa karena kondisi drop dan harus minum obat dan vitamin secara rutin.
Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan menyatakan, “Para tokoh agama Islam, harus menjaga optimisme untuk menjaga situasi pandemi dengan terus mensosialisasikan protokol kesehatan. Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Pemerintah sudah mengizinkan untuk melaksanakan Ramadhan dan idul fitri. Sekali lagi, agar kesuksesan penanganan Corona menjadi paripurna, maka para tokoh agama harus mensosialisasikan Prokes.”
Dalam artian, protokol kesehatan harus terus disosialisasikan karena saat ini memang masih pandemi. Meski kurva pasien Covid sedang menurun tetapi jangan abai dan melepas masker begitu saja.
Penyebabnya karena Corona masih ada dan masyarakat harus taat Prokes agar lancar berpuasa dan melakukan ibadah lain.
Para tokoh agam Islam mengemban amanah untuk mensosialisasikan Prokes saat Ramadhan karena mereka, sebagai warga negara yang baik, wajib membantu program pemerintah untuk menangani Corona. Ulama dan ustad memiliki posisi terhormat di masyarakat dan oleh sebab itu ceramahnya akan langsung ditaati oleh para jamaah. Jika mereka membantu sosialisasi Prokes maka akan makin banyak masyarakat yang menaatinya.
Prokes memang harus disosialisasikan oleh para tokoh agama karena tiap poinnya mengajarkan gaya hidup bersih dan sehat. Bukankah kebersihan sebagian dari iman? Selain itu, sebagai umat yang baik, maka kita harus menjaga kesehatan tubuh untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan.
Sosialisasi Prokes bisa disampaikan secara langsung ketika sedang mengisi pengajian. Para ustads bisa memberi teladan dengan memakai masker dengan posisi yang benar sehingga akan dicontoh oleh jamaahnya. Ia juga memberi ceramah bahwa saat pandemi harus menjaga kebersihan tangan dan mengingatkan lagi ke para jamaah untuk mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer.
Kegiatan sosialisasi Prokes juga dilakukan di dunia maya karena saat ini sudah banyak ustad yang memiliki channel yotube sendiri. Mereka bisa berceramah bahwa pandemi bisa diakhiri dengan taat Prokes dan puasa aman tanpa Corona jika semuanya disiplin dengan menerapkan tiap poin dalam Prokes 10M.
Selain itu, Prokes juga dipraktikkan ketika beribadah di masjid. Ketika salat berjamaah maka boleh rapat lagi barisannya tetapi umat harus pakai masker. Sebelum berangkat ke masjid juga sebaiknya berwudhu dulu di rumah. Mereka juga sebaiknya tidak berkerumun ketika ada pengajian di masjid dan saling jaga jarak serta bersalaman jarak jauh.
Sosialisasi Prokes amat penting dilakukan saat Ramadhan karena umat akan berpuasa dengan lancar tanpa takut kena Corona. Kita butuh tubuh yang fit untuk berpuasa oleh karena itu harus jaga kesehatan dan taat Prokes. Para ustad tertib mendukung pemerintah dalam mensosialisasikaan Prokes.
Muhammad Akbar, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews