Pemerintah Indonesia patut diapresiasi karena menyelenggarakan vaksinasi dengan sangat baik, bahkan melebihi target dari WHO. Pelaksanaan vaksinasi memang dipercepat agar terbentuk kekebalan kelompok, sehingga kita bisa bebas Corona secepatnya.
Pandemi membuat kehidupan manusia berasa dijungkirbalikkan. Efeknya sangat terasa, tak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Krisis ekonomi global bisa terjadi karena menurunnya daya beli masyarakat, dan hampir semua kalangan masyarakat terkena imbasnya. Akan tetapi pandemi bisa diakhiri jika semua orang sudah divaksin, karena terbentuk kekebalan kelompok.
Indonesia termasuk negara tercepat dalam melaksanakan vaksinasi, jika dibanding dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Pada akhir tahun 2020 lalu vaksin sinovac sudah dipesan dan program vaksinasi nasional dimulai para Maret 2021. Masyarakat juga berbondong-bondong mendaftar untuk vaksinasi karena ingin bebas Corona secepatnya.
Kegesitan pemerintah dalam melaksanakan vaksinasi membuahkan hasil. Juru bicara Tim Satgas Penanganan Covid Prof Wiku Adisasmit menyatakan bahwa pelaksanaan vaksinasi Corona di Indonesia melebihi target dari WHO, yakni sudah lebih dari 40%, dan semuanya sudah 2 kali suntik. Hal ini amat bagus karena kita bisa bebas dari masa pandemi secepatnya, karena syaratnya adalah minimal 75% orang di 1 wilayah sudah divaksin.
Jika lebih dari 40% yang divaksin berarti hampir setengah dari WNI sudah disuntik, hanya dalam waktu 8 bulan. Memang Kementrian Kesehatan menargetkan program vaksinasi nasional akan selesai dalam waktu 18 bulan, dan tidak mustahil target ini akan lebih cepat selesai. Penyebabnya karena target suntikan dinaikkan lagi.
Jika Kemenkes mentargetkan ada 1 juta suntikan vaksinasi Corona di Indonesia, maka dinaikkan lagi jadi 2 juta, bahkan 2,3 juta. Kenaikan target ini dirasa wajar karena memang vaksinasi harus berkejaran dengan waktu. Logikanya, makin banyak yang divaksin maka makin sedikit yang kena Corona, sehingga pandemi bisa berakhir dan kita tak lagi ketakutan akan virus Covid-19.
Untuk mencapai target 2,3 juta suntikan per hari maka pelaksanaan vaksinasi dengan strategi baru. Jika dulu injeksi hanya dilakukan di Puskesmas atau RS besar, maka saat ini juga dilaksanakan secara massal. Misalnya di tanah lapang, di aula sekolah atau universitas, kantor kelurahan, bahkan di dalam pusat perbelanjan.
Vaksinasi massal dilaksanakan tetap dengan prokes ketat sehingga ada jaga jarak dan ketika antri sambil duduk, kursinya juga diatur agar agak berjauhan. Semua orang mulai dari panitia sampai peserta vaksinasi memakai masker dan mencuci tangan. Semua ini dilakukan agar tidak membuat kluster baru.
Untuk menarik minat orang yang mau divaksin maka panitia penyelenggara sering mengiming-imingi dengan hadiah, bisa berupa sembako, susu, bahkan voucher. Hadiah ini diberi karena ada masyarakat yang masih takut untuk divaksin, tetapi jika ada doorprize maka mereka yang pecinta gratisan akan datang dengan senang hati.
Selain vaksinasi massal maka dilaksanakan pula vaksinasi door to door, untuk mendukung pencapaian target vaksinasi oleh pemerintah. Sehingga petugaslah yang mendatangi masyarakat, ke perkampungan, perumahan, hingga sekolah. Sebuah mobil disiapkan dengan tenaga kesehatan dan tentu box-box berisi vaksin, yang siap disuntikkan dengan jarum steril.
Pemerintah berusaha keras agar target vaksinasi nasional diperpendek, dari 18 bulan jadi 12 bulan saja. Saat ini target hampir tercapai setengahnya, sehingga masih akan digenjot. Sehingga makin banyak masyarakat yang mendapatkan haknya untuk divaksin dan tidak akan terteror oleh penularan Corona (tentunya dengan menaati Prokes).
Savira Ayu, penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews