Kembali menjadi seniman, apapun isi hidup kita sehari-hari, itulah tugas kita sesungguhnya. Hanya dengan begitu, kita bisa menari, menyanyi gembira di tengah hidup yang semakin tak masuk akal.
Picasso kiranya tepat. Ia pernah berkata, “Seni adalah kebohongan yang mengungkapkan kebenaran.”
Warna, suara dan rasa boleh tak nyata. Namun, pengalaman yang ditimbulkannya senyata kehidupan itu sendiri. Tak ada uang yang mampu membayarnya.
Memang, orang butuh uang dan benda untuk hidup. Namun, tanpa seni di hidupnya, maka ia akan merasa hampa. Bunuh diri terasa lebih baik.
Begitulah keyakinan saya selama ini. Seni, dalam segala bentuknya, membuat hidup, yang selalu tak masuk akal, menjadi indah, dan berwarna untuk dijalani.
Seni adalah buah tangan para seniman. Mereka tersebar di berbagai bidang kehidupan, mulai dari pelukis, pematung, penyanyi sampai dengan programmer software.
Merekalah manusia yang paling saya sukai di dunia. Di tangan jiwa mereka yang berwarna, beragam karya menakjubkan tertuang di dalam sejarah.
Karya mereka lahir dari kegelisahan. Seniman adalah jiwa-jiwa gelisah yang gatal untuk mencipta, dan memperindah kehidupan kita semua.
Mereka penuh dengan pertanyaan. Jawabannya tidak dengan rumusan konseptual, tetapi dengan membangkitkan rasa dan pengalaman yang nyata.
Mereka tak segan bertentangan dengan pola pikir lama. Di mata mereka, tradisi adalah sesuatu yang mesti diubah, bukan disembah secara buta.
Karena keberanian dan kecerdasannya tersebut, para seniman kerap salah dipahami. Mereka dianggap pembuat onar, sehingga ditakuti, dimusuhi bahkan dibunuh.
Namun, mereka tak menyerah. Dari kegelisahan dan tekanan sosial yang kerap dialami, mereka terus mencipta untuk memperindah kehidupan.
Dari pikiran mereka lahirnya ide-ide baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Tata kelola masyarakat, sampai dengan jalan hidup untuk pembebasan, kiranya lahir dari buah tangan mereka.
Di tengah keadaan masyarakat yang penuh konflik, para seniman menawarkan kelegaan dan keindahan. Batin mereka adalah batin yang melintasi semua batas-batas agama, ras dan budaya. Dengan karya-karya yang menggetarkan dada, merekalah para pencipta perdamaian yang sesungguhnya.
Jauh di dasar hati kita, kita semua adalah seniman. Anak-anak adalah seniman sejati.
Mereka bisa menari dan menyanyi secara bebas. Semangat seni lenyap, karena pendidikan masyarakat yang membunuh kreativitas. Yang tersisa adalah seonggok mayat hidup yang hanya patuh dan miskin warna.
Kembali menjadi seniman, apapun isi hidup kita sehari-hari, itulah tugas kita sesungguhnya. Hanya dengan begitu, kita bisa menari dan menyanyi gembira di tengah hidup yang semakin tak masuk akal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews