Salurkan secara produktif, sebagian harta kita yang memang milik orang lain, kepada yang benar-benar berhak menerimanya atau darurat membutuhkan.
Kemarin saya baru menyadari ada spanduk baru dipasang di tembok seberang lahan saya. Saya lupa tidak memfotonya tapi sama persis seperti pada foto terlampir.
Saya baca pelan-pelan, barangkali menemukan jawaban dari perasaan ganjil yang saya rasakan.
What? Aksi Bela Natuna? Apanya yang perlu dibela?
Dalam artian apa urgensinya aksi kemanusiaan dengan kapal-kapal Cina yang merapat ke zona perbatasan di perairan Natuna, sehingga perlu di lakukan pengumpulan donasi? Untuk apa donasi tersebut?
Yang kita ketahui bersama, jika ada konflik perbatasan di laut, maka yang disiagakan adalah kapal-kapal penjaga, entah dari angkatan laut, kepolisian, KKP, dlsb.
Artinya semuanya terdiri dari para aparat negara, dengan biaya operasional, yang tentu saja tidak sedikit, mulai dari solar untuk bahan bakar kapal, dlsb, dibiayai dengan anggaran negara dari kesatuan masing-masing.
Namanya juga lokasi konfliknya di laut, tentu saja tidak bisa sembarang masyarakat sipil bisa turut campur, pun juga di pangkalan militer TNI di darat. Selain karena membutuhkan biaya tidak sedikit, tugas pengamanan jelas adalah ranahnya negara.
Memang ada ratusan kapal-kapal sipil yang diberangkatkan ke Natuna seiringnya memanasnya konflik, itupun hanya kapal-kapal nelayan yang ditugasi untuk mengambil ikan di perbatasan, demi mengimbangi aksi serupa yang dilakukan oleh kapal-kapal ikan milik China.
Jadi sekali lagi pertanyaannya, di mana urgensinya sehingga sebuah lembaga donasi perlu menghimpun dana masyarakat untuk disumbangkan ke Kepulauan Natuna?
Saya pun penasaran dan melakukan penelusuran untuk dibelanjakan apa donasi dari masyarakat tersebut. Ternyata hanya untuk makan-makan para tentara dan masyarakat setempat!
Yassalaaam... Apa mereka di lokasi ini sedang dalam kondisi kelaparan, dalam situasi perang, dengan situasinya yang mencekam, keamanan terganggu, sehingga distribusi bahan makanan tidak lancar, pasar dan toko tutup, jalur-jalur transportasi ditutup, dst.. Intinya kondisi sedemikian gentingnya sehingga perlu diadakan aksi kemanusiaan ?
Sedang dalam keadaan perang dar der dor pun tidak, saudarah. Bencana juga tidak. Lalu apa tujuan dari aksi dadakan ini? Catat ya poinnya. Dadakan. Bersifat situasional.
Jika disebut aksi kemanusiaan yang bersifat kedaruratan (karena situasional tsb), maka tidak dapat dikategorikan ke sana, sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
Jika disebut aksi bela negara, apanya yang perlu dibela? Apakah kapal-kapal China sedang menyerang ke territorial Indonesia? Tidak.
Apakah tentara yang sedang bertugas di perbatasan sedang kekurangan logistik sehingga perlu bantuan dana masyarakat untuk membeli peluru, solar, bahan makanan, dlsb ? Juga jelas tidak.
Kementerian Pertahanan sudah diberi anggaran tertinggi di APBN dibandingkan kementerian lain, dan Menhan nya Prabowo Subianto, tidak sedang teriak-teriak kepada Menteri Keuangan kekurangan anggaran untuk menjaga perbatasan.
Kalau dulu teriak-teriak tentang anggaran Kemenhan di Debat Pilpres iya, sambil joget-joget...ups. Tapi sekarang setelah menjadi Menhan sudah tidak teriak-teriak lagi, apalagi gebrak meja..ehh.
Anggaran ratusan triliun sedemikian besar tentu tidak sebanding dengan donasi masyarakat yang "tidak seberapa".
Pun jika ada kejadian kelaparan atau kurang gizi endemik, seperti di Papua dulu, Kementerian Sosial bersama BNPB pasti masih mampu untuk mengatasi.
Bahwa masyarakat yang tinggal di kepulauan terluar & terjauh umumnya tertinggal dari daerah lainnya memang benar. Dan dalam rangka pengentasannya, pemerintahan Jokowi telah melakukan berbagai usaha, seperti prioritas pembangunan untuk wilayah 3T, anggaran Dana Desa yang jumlahnya lebih besar dari desa-desa di luar wilayah 3T, dlsb..
So, jika masyarakat umum ingin turut membantu masyarakat kepulauan, tentu agar efektif harus melalui program-program yang terencana, sesuai kebutuhan, dan berkelanjutan.
Misalnya membantu mengirimkan para sukarelawan tenaga pengajar, tenaga kesehatan, hibah laptop dan sarana pendidikan lainnya agar anak-anak kepulauan tidak tertinggal dari daerah lainnya, alat-alat kesehatan, sanitasi, dlsb..
Kesimpulannya...
Waspadalah.. Waspadalah.. Terhadap aksi pengumpulan dana masyarakat yang mendompleng pada peristiwa-peristiwa tertentu dan jauh dari status kedaruratan.
Jika statusnya tidak darurat namun donasi diberikan dalam bentuk bahan makanan, maka harus diwaspadai para pengumpul donasi memiliki agenda lain namun dengan menggunakan judul 'aksi kemanusiaan'.
Misalnya dalam kasus Natuna ini, untuk menyebarkan ke masyarakat sentimen SARA anti etnis Cina, agenda politik dan ekonomi Anti China, atau sekedar menghimpun dana gratis milik masyarakat, dlsb.
Jangan sia-siakan sumber daya ekonomi masyarakat untuk kepentingan tidak bertanggung jawab pihak-pihak tertentu.
Salurkan secara produktif, sebagian harta kita yang memang milik orang lain, kepada yang benar-benar berhak menerimanya atau darurat membutuhkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews