"Dimanakah Tindjumu "
Lagi lagi saya harus berkiblat kepada sebuah tulisan berjudul di atas. Jaman Pra Kemerdekaan, Sukarno telah menuliskan sebuah karya yang tak kalah hebatnya ketika dia berpidato. Tulisannya abadi hingga kini. Membangkitkan semangat nasionalisme, patriotisme kebangsaan.
"Dimanakah kekuatan yang menghancurkan segala hal yang melawan?"
Kini, di usia 74 tahun kemerdekaan, bangsa Indonesia terus berbenah. Tercatat dalam sejarah Indonesia pada Tahun 1955 telah melaksanakan pemilu yang pertama kalinya, diikuti oleh multi partai seperti yang terjadi pada tahun ini (2019). Nyatanya Pemilu itu sukses dengan PNI sebagai partai mayoritas di parlemen dan berjalan dengan aman saat itu.
2019 adalah tahun politik, dimana masyarakat kita akan berpartisipasi dalam sebuah pesta besar lima tahunan. Ibarat sebuah hajat/pesta bernama demokrasi maka pemilihan umum kali ini baik legislatif maupun pilpres harus bisa berjalan damai dan mencerminkan kegembiraan.
Bagaimana bisa damai?
Ya, semua orang tahu dan paham bahwa damai itu indah, namun merobek kedamaian itu sungguhlah mudah. Tak perlu jauh jauh kenapa orang orang besar jaman dahulu kenyang dalam keterasingan. Di penjara kemudian dibuang dan beberapa diantaranya menjadi pahlawan di tempatnya masing masing. Sukarno, Nelson Mandela dua dari banyak tokoh politik dunia yang menancapkan arti kemerdekaan dan kedamaian setelahnya.
Bisakah pemilu berlangsung secara damai? Sementara rusuh, huru hara dan potensi chaos bisa saja terjadi seperti sejarah kelam bangsa 1998 lalu. Lagi lagi sejarah masih lekat dalam ingatan bahwa kita masih mudah terprovokasi dengan berita bohong. Hoaks yang disebarkan secara massif dan terencana.
Apalagi kali ini bukan hanya hoaks tapi ada juga intoleransi, radikalisme hingga terorisme yang akan membuat bangsa ini terpecah belah.
Hal tersebut, tentu saja terlarang (unsur pidana) dan berkolerasi dengan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kalau hoaks bisa dengan mudah hadir digenggaman, di media online, tentu dengan pemikiran yang sama berita tentang kebaikan bisa disebar lebih dari itu. Kebaikan harus diviralkan agar terbaca. Tidak hanya bagi kalangan intelektual yang melihat sesuatu dari sebuah rasionalitas. Sepanjang apapun tulisannya kalau itu berupa informasi tetap akan dibaca.
Lebih dari itu, sebuah tulisan juga harus menyasar ke berbagai segmen, termasuk kepada hal gender atau peran perempuan. Perempuan dan laki laki diciptakan sama , dia bisa menjadi pemersatu atau pemecah. Meski demikian saya memilih untuk menjadi pemersatu.
Sebagai seorang penulis, di mana patron client saya adalah Sukarno , maka semangat nasionalisme, melindungi yang benar dengan tulisan kata berupa kebenaran data dan fakta adalah hal mutlak yang harus saya penuhi sebagai syarat dalam menjaga pemilu damai.
Santika Hotel, Jakarta (Minggu, 17/02/2019) lebih dari 30 penulis dengan latar belakang yang berbeda hadir dalam acara Deklarasi Penulis untuk Pemilu Damai.
Sebuah konsep acara yang kalau dilihat berbeda dengan acara kebanyakan. Ini adalah kali pertama di Indonesia atau bahkan dunia , para penulis bersatu berkumpul untuk mengingatkan para pelaku demokrasi agar menjaga kondusifitas kontestasi politik .
Pepih Nugraha (Kang Pepih) Founding dari Pepnews yang menginisiasi acara ini banyak memberikan sumbangsih pemikiran bahwa semua itu harus dimulai dari gerakan sederhana seperti yang dilakukan kami Minggu yang lalu.
Lalu
Begini kira kira kalimat ikrar yang kami lakukan :
Deklarasi Penulis untuk Pemilu Damai
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Kami Penulis Indonesia Berjanji;
Menulis dengan hati nurani
Menulis dengan jiwa yang sehat
Melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme
Melawan segala bentuk penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian
Kami Penulis Indonesia Berjanji;
Mengedepankan rasa aman dan nyaman melalui pilihan kata, fakta dan data
Kami penulis Indonesia Berjanji;
Mendorong terciptanya pemilu damai
Menegakkan yang benar
Membela yang tak bersalah
Dengan sepenuh jiwa raga
Tetap NKRI
Pemilu 2019 Damai, Damai, Damai!
Lalu , setelah ikrar bagaimana action selanjutnya pelaksanaan pemilu damainya?
Jelas setelah itu, kami akan menulis dengan hati sesuai data dan fakta. Memberikan pendidikan politik bukan sekadar wacana.
Menjadikan pena kami bernyawa untuk memberikan napas kehidupan politik penuh etika. Terlepas ini adalah deklarasi secara kecil, tidak menutup kemungkinan melalui pepnews ini akan menjadi gerakan nasional. 1000 orang yang baik hati tentu akan mengalahkan 100 orang yang jahat.
Terimakasih.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews