Daya sensifitas anak terhadap lingkungan sosialnya sangat tinggi sekali. Mereka berada dalam fase pengamatan yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya, bagi masa depan mereka sendiri.
Setiap pasutri pastinya pernah bertengkar. Mustahil ada pasutri yang samasekali gak pernah bertengkar. Sumber pertengkarannya bisa banyak sekali. Soal perbedaan karakter atau kebiasaan pribadi, soal pekerjaan, soal tingkah laku anak, soal keluarga besar, hingga soal dapur, kasur dan sumur.
Tak jarang kita mendengar pesan dari orangtua atau psikolog supaya jangan bertengkar di hadapan anak-anak. Karena dikhawatirkan bisa mempengaruhi tumbuh kembang sisi psikologis anak secara negatif.
Tetapi aku memiliki sudut pandang yang berbeda.
Paling tidak, tidak semua jenis pertengkaran pasutri yang harus dijauhkan atau tidak boleh diketahui oleh anak-anak. Yang jelas, bukan pertengkaran bar-bar ala orang-orang yang "tidak berpendidikan" seperti intensitas suara yang berlebihan, adanya maki-makian, apalagi yang sampai main lempar-lemparan panci kuali dan main pukul. Selain itu, frekuensi pertengkarannya tidak berlebihan.
Ada banyak contoh pertengkaran pasutri yang sifatnya positif bagi mereka. Misalnya soal adanya konflik dengan tetangga, soal sekolah anak dan soal bagi-bagi tugas pekerjaan rumah tangga.
Daya sensifitas anak terhadap lingkungan sosialnya sangat tinggi sekali. Mereka berada dalam fase pengamatan yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya, bagi masa depan mereka sendiri.
Ketika pertengkaran pasutri tidak dapat dihindari, sebaiknya bertengkarlah secara dewasa.
Pertengkaran yang argumentatif. Menunjukkan sikap yang saling mendengarkan, memperlihatkan adanya upaya untuk saling memahami mengapa sang suami maunya begini, sang istri maunya begitu. Sama-sama menunjukkan adanya usaha untuk memperoleh solusi, untuk mencapai sebuah kesepakatan.
Dari situ, sang anak akan memperoleh pembelajaran yang sifatnya positif.
[- Rahmad Agus Koto -]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews