Pada dasarnya laki-laki seperti itu seperti "garangan" yang ngincar jeroan para wanita. Waspdalah! Banyak garangan disekitar kalian para wanita.
"Garangan kok ringkih!"
Ungkapan di atas menggambarkan laki-laki yang mempunyai sifat atau karakter seperti "garangan" tapi ringkih atau melo.
Kata "garangan" akhir-akhir ini sedang populer sebagai sebutan untuk laki-laki yang bermental atau punya sifat seperti "garangan".
Apa sih "garangan" itu?
Garangan itu hewan yang berwarna coklat seperti sejenis musang atau Luwak. Kalau Luwak keluar pada malam hari atau hewan nokturnal dan biasa makan buah dan daging (ayam, burung). Sedangkan kalau garangan malah aktivitasnya ketika matahari mulai terbit atau bersinar sampai tenggelamnya matahari. Dan garangan suka makan ayam dan bebek (jeroan).
Di desa atau kampungku dulu, di kelilingi area persawahan dan banyak garangan di sawah ngincar bebek yang diangon atau ayam yang sering saba atau keluyuran cari makan di sawah.
Tetapi "garangan" kalau makan ayam atau bebek yang di makan hanya "jeroannya". Daging lainnya ditinggal dan tidak di makan. Makanya dulu kalau habis pulang angon bebek nenteng bebek yang habis dimakan garangan. Dan siap-siap diomeli atau dimarahin orang tua.
Dan setiap sore habis angon bebek harus dihitung berkurang atau engga. Makanya ada ungkapan "sontoloyo angon bebek ilang loro (dua)."
Nah, bagaimana dengan laki-laki yang mendapat julukan seperti "garangan", tentu yang dimaksud yaitu laki-laki yang mengincar "jeroan" wanita. Pada dasarnya laki-laki seperti itu seperti "garangan" yang ngincar jeroan para wanita.
Waspdalah! Banyak garangan disekitar kalian para wanita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews